Daqufest Perdana Pesantren Daqu Jambi: Kreatif, Inovatif dan Istimewa!

0
25

Pentas kesenian dan budaya santri, Daarul Qur’an Festival “Daqufest” kembali hadir di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. Kali ini, ajang unjuk bakat para santri ini berlangsung di Pesantren Daqu Jambi, Kelurahan Tempino, Kabupaten Muaro Jambi, Sabtu (5/3/2022). 

Gelaran ini dihadiri oleh Pimpinan Direktorat Pendidikan Daarul Qur’an, KH Ahmad Jamil. Hadir pula pewakif Pesantren Daqu Jambi, H. Robert. Para wali santri turut menyaksikan kemilau acara ini. 

Menjadi spesial karena ini merupakan pelaksanaan perdana di pesantren asuhan Kyai Nurul Jannah Adhatul Mauli atau biasa disapa Kyai Uyung. 

Sejak beridiri di tahun 2017 lalu, Pesantren Daqu Jambi terus berbenah hingga akhirnya mendapat kesempatan menyelenggarakan gelaran Daqufest. 

Dalam sambutannya, Kyai Uyung menyatakan rasa senangnya. “Daqufest ini terlaksana berkat semua yang terlibat, terutama santri dan asatidz pembina. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik,” ujar beliau.

“Bukan sekedar seremoni, tapi ada edukasi, pendidikan, kebersamaan, kerja tim, dan lain sebagainya,” lanjutnya tentang hikmah diadakannya Daqufest ini. Hal ini juga berlaku di Daqufest seluruh cabang Pesantren Daqu.

Dalam Daqufets ini juga dihadiri pejabat pemerintahan setempat. Di antaranya Kepala Dinas Sosial Muaro Jambi, Bapak Rossa Chandra Budi, Lurah Tempino, Ibu Farni S. Pd., Kepala Puskesmas Tempino, serta Babinsa dan Babinkamtibnas.

Sambutan pejabat daerah diwakili oleh Lurah Tempino, Bu Farni S. Pd. Ia mengapresiasi acara ini dengan menyebutnya sebagai gelaran yang kreatif dan inovatif. Di samping, acara ini menjadi yang pertama digelar di Kelurahan Tempino pada tahun ini. 

“Bagus dan kreatif. Mudah-mudahan bisa menjadi contoh yang lain serta acara ini bisa menjadi lebih baik lagi,” harapnya.

Sementara itu, Kyai Jamil dalam sambutannya menjelaskan alasan diadakannya acara pentas seni dan budaya di Pesantren Daqu. Karena, kata beliau, di samping menghafal dan mempelajari nilai-nilai islam, para santri diharapkan tidak melupakan budaya Indonesia. 

“Karena sesungguhnya islam hadir bukan di tanah kosong, tapi di masyarakat yang berbudaya. Kemudian islam dikemas dengan baik oleh ulama-ulama kita sehingga menyatu dengan budaya tersebut,” terang beliau.

“Mudah-mudahan dengan acara seperti ini membuat generasi muda semakin cinta dengan budayanya,” tambah Kyai Jamil terkait harapannya tersebut. 

Meski baru pertama, namun tampilan para santri Pesantren Daqu Jambi tak kalah menawan. 

Total 6 penampilan fisikal dan 3 visual yang dihamparkan dalam gelaran ini. Dimulai Grand Opening yang menggambarkan budaya Indonesia. Diawali lagu patriotis “Padamu Negeri” yang menggetarkan hati disertai sedikit drama yang ditampilkan para santri. 

Kemudian penonton dibuat mengocok perut lewat puisi humoris. Sebuah puisi bersambung dengan masing-masing tema yang tidak nyambung sama sekali. Membuat sambungan-sambunga puisi tersebut terdengar jenaka.

Lalu para santri menampilkan kembali kebudayaan Indonesia lewat ragam tarian yang menghibur. Saling bersambung dengan irama yang harmonis. 

Setelah bertema humoris, lalu dihadirkan pula puisi yang menggugah hati. 

Kearifan lokal tak luput dari tampilan para santri. Mengusung tema “Crazy Rich Jambi”, para santri memparodikan bagaimana seorang kaya raya dari tanah jambi yang baik hati dan suka menolong. 

Tampilan fisikan ditutup lewat suguhan dari ekskul Silat “Persida” yang menakjubkan lewat ragam gerakan dan aksi memikat. 

Sementara itu, kreatifitas santri juga tertuang dalam kanvas video. 

Dibuka dengan ucapan selamat dan sukses untuk gelaran ini dari berbagai unit pendidikan Daarul Qur’an. 

Selanjutnya para santri menyajikan bagaimana tipe penonton dalam Daqufest. Selain kocak, sedikitnya tampilan tersebut bisa menjadi referensi untuk penonton Daqufest Pesantren Daqu Jambi ini. 

Penampilan visual ditutup dengan senandung nada dan dakwah yang menyejukkan. Senandung ini dirasa pas karena turut menyambut datanynya Bulan Suci Ramadhan.

Begitulah bagaimana para santri berkreasi. Meski pertama kali, tak ada kecanggungan di wajah mereka.

Celah-celah kekurangan barang tentu menjadi evaluasi agar acara rutin tahunan ini semakin istimewa. Yang terpenting bagaimana seni dan budaya tak terlindas waktu di benak para santri, di mana manfaatnya juga bisa dirasakan seluruh masyarakat.