Doa Orangtua dan Guru Membawa Alfisyahar Belajar di Kuwait

0
47

Menjadi imam shalat tarawih terlebih di 10 malam terakhir di satu masjid di Kuwait pastinya bukan hal yang mudah. Hal tersebut dirasakan oleh Alfisyahar saat mengetahui dirinya dipercaya menjadi Imam taraweh dan qiyamulail di Masjid Indonesia di Kuwait untuk 10 malam terakhir. Jamaah yang datang pun  tidak hanya berasal dari Indonesia  tetapi berasal dari berbagai negara seperti Mesir, Arab, Kuwait dan lainnya.

“Ini pengalaman luar biasa pastinya, sekaligus menegangkan” ujar Alfisyar saat berbicara dengan redaksi melalui aplikasi pesan.

Bagaimana tidak tegang karena ada beberapa syarat yang harus dipenuhi saat  menjadi imam shalat. Sebagaimana dikisahkan oleh Abu Mas’ud Al-Anshari radhiallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “Yang paling berhak untuk menjadi imam adalah orang yang paling pintar dan paling banyak hafalan Alqurannya, jika dalam hal itu sama, maka dahulukan yang paling faham dengan sunnah, jika pengetahuan sunnah (dari para kandidat imam) sama, maka dahulukan orang yang lebih dahulu berhijrah, jika dalam waktu hijrah juga sama, dahulukan orang yang paling dahulu islamnya, dan janganlah seorang mengimami seorang yang memiliki kekuasaan, dan jangan seorang duduk dibangku kemulian milik seseorang kecuali dengan izinnya.” Berkata Al-Asyaj  dalam suatu riwayat, kata “lebih dahulu Islamnya” diganti dengan “lebih tua umurnya”

Dari hadits di atas salah satu keutamaannya yang menjadi imam adalah mereka yang memiliki hafalan Alquran paling banyak maka dialah yang berhak menjadi Imam Sholat.  Tersebab hafalan Alquran ini yang mengantar Alfisyahar ditunjuk sebagai imam tarawih di masjid Indonesia di Kuwait. Pengurus masjid mengetahui bahwa Alfi yang merupakan alumni pesantren tahfizh Daarul Qur’an telah menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz.

Rachmat Alfisyahar Wakano merupakan alumni Daarul Qur’an angkatan ke 7. Putra asal Sorong, Papua ini  mengawali pendidikan di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an sejak tahun 2013 dan lulus pada tahun 2017.

Di Kuwait, Alfisyahar mendapatkan kesempatan beasiswa full non degree untuk belajar Bahasa Arab selama setahun dari Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an di Kuwait University. Program belajar Bahasa Arab ini diikuti semua umat beragama dari berbagai Negara.

“Banyak pengalaman saya dapat saat belajari di Kuwait. Misalnya, jika di pondok belajar dan berdakwah hanya sesama orang Indonesia, kalau di sini kita bisa berdakwah dengan teman-teman dari banyak negara. Saya banyak belajar dari mereka. Bahkan tidak hanya sesama muslim dengan pemeluk agama lain pun berbagi tentang nilai-nilai positif ketika belajar di pesantren dan di saat menghafal Alquran” ujarnya.

Diakhir pembicaraan Alfi berpesan untuk adik-adik dan alumni pesantren lain yaitu, “Mendapatkan beasiswa ke Kuwait bukan karena kepintaranku, melainkan karena rasa khidmatku kepada pesantren, ustadz, dan guru serta minta doa kepada kedua orangtua. Pesan saya berbuat baiklah kepada orangtua dan gurumu. Karena doa orangtua dan guru adalah kesuksesanmu. Mencoba mundur satu langkah untuk dapat melompat lebih tinggi, jika kau mampu bersabar. Allah mampu memberi lebih dari apa yang kau minta. Perbanyaklah meminta maaf kepada guru-guru kita, meskipun hati kita berkata aku gak pernah punya salah apa-apa”

Ditulis oleh, Rifqi Akbari, Alumni Daqu