Himar Hitam

0
17

“Dalila, anti punya himar hitam dua?” kata Khansha Annawa Zahra Rumaisha (9).  “Ana punya, tapi sudah dipinjam Delisha. Coba anti tanya teman di jumron yang lain, ” kata Dalila Aulia (10).  Hari masih sangat pagi, bahkan matahari masih belum kelihatan sinarnya,tetapi para santri cilik di Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran, Ar-Rahman (pesantren putri) sudah bersiap-siap. Ahad pagi itu, mereka akan tampil bersama-sama, menyanyikan lagu hymne Daarul Quran, dihadapan para peserta seminar Spiritual Business.

Acara spiritual business ditujukan bagi para pengusaha dan dihadiri oleh pengasuh Pondok Pesantren Daarul Quran, Ustad Yusuf Mansyur dan Ustad Anwar Sani. Bukan hanya itu, para pembicara yang mengisi acara juga sangat mumpuni, seperti Ali Akbar, Ipoh Santosa dan pengusaha Waroeng Steak, Jodi. Para santri semakin bersemangat.

Selepas salat subuh, Musyarofah, Ustazah Pembina di pondok Ar-Rahman, meminta para santri supaya kompak mengenakan seragam merah jambu, dipadu himar hitam. Suasana mendadak riuh, para santri cilik itu kemudian sibuk mengaduk-aduk isi lemari mereka, mencari himar hitam.

“Waktu pertama kali datang September lalu, ana bawa himar sampai 15. Sekarang himar ana tinggal 9. Disini himar sering tertukar, walau sudah dinamai,” kata Deby Silvia, murung.                

Untungnya, sikap saling menolong, membuat santri – santri akhirnya bisa senada mengenakan himar hitam. Pukul 6.00 pagi, mereka sudah berkerumun didepan pagar pondok Ar-Rahman, menunggu bus Daarul Quran datang.      

“Nanti disana, kalau dibagikan makanan jangan rebutan. Tunjukkan sikap terbaik,” kata Ustad Rochimi, sebelum berangkat.   

Tiba di tempat acara, Gedung K-Link Tower, waktu dhuha tiba. Guru – guru pembimbing, segara mengantar santri-santri cilik ke mushala, menunaikan dhuha 2 rakaat. Sejak pertama kali masuk, para santri sudah dibiasakan melaksanakan salat dhuha dan tahajud.

Beberapa menit menjelang acara seminar dimulai, para santri berdiri rapi di sisi kiri panggung. Bersama-sama santri pria dari Kampung Quran, mereka akan menyanyikan lagu ‘Oh Pondok Ku’, sebagai gong pembuka seminar.

Mula – mula, suara mereka terdengar malu-malu. Namun memasuki bait ke dua, suara para santri mulai kompak. Selesai menyanyi, Ustad Yusuf Mansyur melemparkan pujian dan terima kasih pada para santri.       

Tugas menyanyi sudah, kini para santri di Pondok Ar-Rahman mulai tak sabar untuk segera melaju ke Monas, refreshing seperti dijanjikan Ustad Rochimi. Bertamasya ke Monas sebetulnya salah satu alasan yang membuat para santri sangat bersemangat.

“Anak-anak, kalau dijanjiin mau jalan-jalan, bangun pagi tidak perlu dibangunin. Beda dengan hari biasa, sulit dibangunin. Kami harus ekstra sabar, membiasakan mereka bangun pagi,” kata Eka Nurlaila Nazilul Rohmah (16), guru pembimbing yang sudah hafal 10 juz.(suci)