INVESTASI YANG PASTI MENGUNTUNGKAN

0
34
Sumber gambar: www.investasi.me

Tarmizi As Shidiq, Ketua Daarul Qur’an

Robert, seorang pengusaha di Jambi, paham betul  dengan hitungan untung dan rugi dalam menjalani usaha. Jatuh-bangun dalam bisnis sudah ia rasakan, hingga secara bertahap ia menapaki tangga kesuksesan.

Walau sudah sukses, keyakinan akan kekuatan do’a dan sedekah menjadikannya tak lupa diri. Dia percaya, kesuksesan yang diperoleh tak lepas dari ridho orangtua dan do’a kepada-Nya.

Cita-cita Robert semasa kecil untuk memiliki tanah luas, secara bertahap terwujudkan. Namun saat asa kesampaian, itu bukan untuk sekadar menambah koleksi jumlah aset. Robert menghibahkan lahan sawit seluas 30 ha di Yoban, Muara Bungo. Kelak, 6 tahun ke depan, hasil kelapa sawit sudah mulai bisa dipanen untuk membiayai operasional Daarul Qur’an.

Dengan seizin sang istri dan ibunda, ia pun menyedekahkan 5 ha tanahnya untuk dibangun Pesantren Daarul Qur’an yang mulai dibangun tahun ini.

Seolah haus bebruat kebaikan, Robert  bersama keluarganya menjadikan satu ruang di kantor dekat rumahnya sebagai Rumah Tahfidz.

Begitu juga halnya dengan Yusuf, seorang pengusaha yang bergerak di bidang pendidikan dan layanan kesehatan  di Makassar. Yusuf yang sudah memiliki banyak cabang sekolah perawat di Sulawesi, memulai bisnis dengan modal Rp 1 juta saja.  Berbekal do’a dan usaha, Yusuf pun jatuh bangun dalam berbisnis, hingga meraih sukses sekarang ini.

Saat usahanya sudah berhasil, ia tidak menikmatinya sendiri. Yusuf menghibahkan lahan 20 ha untuk dijadikan perkebunan sawit Pesantren Daarul Qur’an. Dia pun memberikan lahan 2 ha untuk dijadikan pesantren itu.

Bersama Daqu, Yusuf sedang membebaskan lahan 1000 ha lagi yang akan diproduktifkan sebagai perkebunan Pesantren Daarul Qur’an. Ke depan, hasil  perkebunan ini yang akan membantu operasional pesantren dalam membibit dan mencetak para penghafal Al Qur’an.

Bagi Robert dan Yusuf, ada kepuasan batin tersendiri saat menghibahkan hartanya untuk program pemuliaan Al Qur’an. Ada nilai keuntungan spiritual yang tak terhargakan oleh hitungan dunia. Seperti diwasiatkan Nabi Muhammad SAW, ”Senangkanlah hatimu dengan menyenangkan hati orang lain.”

Bukan hanya bernilai spiritual, kebaikan Robert dan Yusuf juga niscaya terbalaskan secara material berupa kesuksesan bisnis yang semakin besar. Sesuai janji Allah SWT: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah/2: 261).

Beda halnya dengan Budi, sebut saja begitu. Ia seorang pengusaha yang sedang terpuruk hingga memiliki tanggungan milyaran rupiah. Namun,  kondisi tersebut tak mengurangi dream dia untuk membangun Pesantren Tahfidz IT.

Sambil terus mewujudkan mimpinya, Budi juga tak lari dari kenyataan. Sehingga, mimpi semakin dekat untuk menjadi kenyataan, dan bisnisnya semakin jauh dari jurang kebangkrutan.

Kisah tentang Robert, Yusuf, dan Budi, adalah cerita tentang pemahaman hidup; Bahwa ada tujuan lain yang memberi kepuasan tak terhingga daripada sekadar keuntungan dunia dari sebuah usaha. Dalam hal ini, kisah sukses dunia-akhirat Abdurrahman bin Auf kiranya jadi panutan yang tak lekang jaman.

”Duhai Ibnu Rauf, sungguh engkau ini kaya raya, tapi engkau akan masuk surga dengan merangkak. Karena itu, berilah pinjaman kepada Allah, niscaya Dia akan menolong membebaskan kedua kakimu kelak,” kata Nabi Muhamamad saw kepada Abdul Rahman bin Auf, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad.

Sejak mendengar wasiat Rasulullah ini, kedermawanan Abdul Rahman makin menjadi-jadi. Suatu hari ia memborong tanah senilai 40.000 dinar. Kapling-kapling tanah subur itu lalu ia bagikan kepada istri-istri Nabi, dan kaum dhuafa dari kalangan Bani Zahra serta fakir-miskin lainnya.

Ketika Nabi hendak memberangkatkan ekspedisi jihad, Abdul Rahman menyumbang 500 ekor kuda terbaik. Pada ekspedisi yang lain, beliau menyerahkan 150 kuda.

Tiap hari, rumah Abdul Rahman tak pernah sepi pengunjung. Sepertiga penduduk Madinah datang ke pondoknya untuk membayar utang, sepertiga lainnya berkunjung untuk berutang, dan sepertiga berikutnya bersilaturahim sambil mengambil sedekah.

Ketika wafat, Bin Auf mewasiatkan 50.000 dinar untuk diberikan kepada para veteran Badar. Masing-masing pahlawan mendapat jatah 400 dinar. Bahkan Utsman bin Affan, yang malaikat pun malu kepadanya, turut menerima jatah wasiat sahabatnya itu.

Mengapa menantu Rasul yang biasanya pantang menerima pemberian ini bersedia mengambil pensiun dari Abdul Rahman? Sebab, kata Utsman, ”sungguh harta Abdul Rahman halal dan suci. Makan dari hartanya akan menyehatkan dan mendatangkan berkah.”

Alhamdulillah, lahan 8 ha di Sukabumi (Jawa Barat) dan Ungaran (Jawa Tengah), sudah ditanami padi dan sayuran. Hasilnya pun sudah mulai dapat dirasakan para santri penghafal Al Qur’an setempat.

Saat tahun 2019 nanti perkebunan sawit, jabon, jamur, kopi dan lain-lain mulai dipanen untuk mewujudkan pembangunan 100 Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, maka keluarga besar Daqu dan Bangsa Indonesia pada umumnya akan dapat mengatakan, ”Bahagianya tuh di sini…” He, he, he…