Ustadz Syaiful Bahri selaku pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang berkesampatan hadir pada Khotmil Qur’an tiga orang santri, Kamis (28/11). Setelah seremoni khataman Alquran selesai, beliau memberikan pesan pada santri yang hadir. “Sempatkan dalam sehari menghafal dan mentadabburi makna Alquran. Sempatkan untuk membaca artinya. Sehari 1 baris, 2 baris, 5 baris, atau bahkan 1 halaman”.
Beliau menerangkan bahwa Allah SWT sedang bercakap-cakap dengan hambanya dalam Alquran. “Contohnya Allah berbicara dengan kita dalam surat Al-Baqoroh yakni untuk menjadi orang yang beruntung harus percaya adanya yang ghoib, mendirikan sholat, dan bersedekah”, ujarnya. Maka dari itu kita perlu mentadabburi isi Alquran.
Selain memberikan pesan, Ustadz Syaiful juga memotivasi para santri dengan berbagai kisah penuh hikmah. Seorang anak muda Prancis bernama Gad selalu mencuri cokelat dari pedagang asal Turki bernama Ibrahim. Suatu saat ia lupa mencuri cokelat itu. Ibrahim menanyakannya. Bukan cacian yang Gad peroleh tapi sebuah nasihat indah serta sebatang coklat yang ia terima. Ia merasa tersentuh dengan apa yang dilakukan Ibrahim. Pada akhirnya mereka bersahabat.
Setiap Gad memilki masalah ia selalu bertanya pada Ibrahim. Ibrahim membuka sebuah buku yang ada dalam kotak dan membacanya. Gad merasa setelah mendengar makna-makna dalam buku yang dibacakan Ibrahim masalahnya selesai. Singkat cerita Gad mengetahui bahwa buku itu adalah Alquran. Hidayah datang kepadanya. Namun keluarganya menolaknya. Ia pun hijrah ke Afrika dan berhasil mengislamkan ribuan orang. “Itulah bagaimana orang-orang yang menghafal Alqur’an. Mereka tambah yakin kepada Allah SWT”, ungkap ustadz Syaiful.
Mentadabburi Alquran mendorong kita mendapatkan hidayah Allah SWT. “Bukan malah sebaliknya. Seperti apa itu? Orang yang cepat hafal Alquran tapi masih melakukan apa yang dilarang Allah SWT”, ungkap Ustadz Syaiful. “Orangnya santun tapi kalo ceramah selalu mendrorong untuk menghancurkan kaum yang lain karena hanya mengutip beberapa bagian saja”, terang beliau. Itulah pentingnya belajar Alquran secara utuh.
Allah SWT membuat peka hati seorang hamba yang mentadabburi Alquran. Seorang sahabat bernama Fudhail memiliki seorang anak bernama Ali. Kecintaan Ali pada Alquran membuat ia selalu menangis ketika sang ayah membacakan ayat tentang azab saat menjadi imam sholat. Hingga suatu saat sang anak meninggal karena mendengarkan ayat tentang azab tersebut. “Subhanallah. Ini masih permulaan. Kita perlu berapa tahun coba untuk mencapai ke titik itu?”, ujar Ustadz Syaiful. ”Abu Bakar Ash-Shidiq tidak pernah terdengar bacaan ayatnya karena tertutup oleh tangisannya”, ujar Ustadz Syaiful menutup ceritanya.