Institut Daarul Qur’an (Idaqu) mengadakan Seminar Tahfidz Quran untuk mahasiswa program tahfizh intensif Idaqu yang dilaksanakan di Masjid Nabawi, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Kamis, (7/11). Seminar tersebut diisi oleh dua pemateri yakni Rektor Idaqu Ustadz Anwar Sani, S.SOS.I, dan dosen ilmu Alquran dan ilmu tafsir H. Khoirun Nidhom, Lc, MA. Seminar dengan tajuk “Metode Akselerasi Menghafal Al-Qur’an” tersebut dilaksanakan dari pukul 8.00 – 11.00 wib yang dihadiri oleh 192 peserta.
Sebagai seorang penghafal Alquran ada kalanya merasa jenuh dan bosan. Hal tersebut menjadi sorotan Rektor Idaqu, Ustadz Anwar Sani. “Nikmatilah proses menuju penghafal Alquran karena Allah mencintai dan memuliakan kita dengan menjadikan kita sebagai penghafal Alquran”, ujar beliau. Allah akan menjaga dan memberikan syafa’at kepada para penghafal Alquran. Untuk medapatkan syafa’at tersebut tidak hanya lewat menghafalkannya tapi juga bisa dengan terlibat dalam mendidik atau menyedekahkan harta bagi para penghafal Alquran.
Alquran tidak langsung turun dalam bentuk sebuah kitab. Ada proses yang dilewati hingga menjadi sebuah buku pedoman yang utuh. “Sejak mulai bergugurannya para huffazh, Alquran mulai dibukukan pada zaman Khalifah Abu Bakar. Pada akhirnya para ulama bersepakat untuk menyusun suatu ilmu dengan tujuan menjaga kemurnian bahasa arab, utamanya menjaga kemurnian Alquran, seperti nahwu, shorof, tajwid, dll”, terang dosen Ilmu Alquran Idaqu, Ustadz Khairun. Mengingat turunnya Alquran yang melewati sebuah proses maka menghafalkan Alquran pun membutuhkan proses. Di dalam sebuah proses terdapat metode untuk mempermudah menghafalnya, salah satunya adalah metode akselerasi menghafal Alquran.
Secara umum, terdapat 3 tahapan dalam menghafal Alquran, yakni sebelum menghafal, metode yang digunakan saat menghafal, serta cara menjaga hafalan Alquran. Selain niat, yang dibutuhkan seorang penghafal Alquran yakni menentukan target dan penggunaan mushaf yang tidak berganti. “Memberi tanda pada ayat yang kembar, mengulang sampai dianggap benar, sabar untuk tidak menambah hafalan sampai semua hafalan lancar”, tukas Ustadz Khoirun. Beliau menambahkan, “yang perlu diingat adalah meluangkan waktu untuk Alquran, bukan menyisakan waktu”.
Rasulullah tidak menggunakan metode menghafal melainkan mengulang bacaannya berkali-kali. “Metode ‘simakan’ tersebut bisa juga dilakukan bersama teman, bergantian menyimak hafalan Alquran”, ucap Ustadz Khairun. Yang paling penting adalah menjaga hafalan. Caranya adalah muroja’ah dengan target tertentu. “Setelah lewat 1 tahun boleh menggunakan rumus hizb ala Rasulullah”, lanjut Ustadz Khairun.