Banyak orangtua yang menakut-nakuti anaknya masuk pesantren; “Kalau nakal nanti di pesantrenin lho” seolah, pesantren adalah tempat pembuangan anak kandung.
Akibatnya, tak sedikit generasi muda Muslim melihat pesantren dengan sesuatu yang negatif. Padahal pesantren adalah institusi pendidikan yang komplet. Selain belajar tentang ilmu agama dan umum para santri dididik untuk belajar tentang kehidupan.
Namun, belakangan stigma pesantren sebagai institusi pendidikan alternatif yang dipilih jika anak tidak masuk sekolah umum mulai memudar. Kini, banyak para orangtua yang memilih pesantren sebagai pilihan utama tempat belajar anak-anaknya.
“Belakangan trendnya seperti itu. Bahkan banyak dari kalangan ekonomi atas yang tidak ragu dan sungkan lagi untuk memasukkan anaknya ke pesantren” ujar Ustadz Ahmad Jameel, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, Selasa (28/7) di sela-sela menyambut kedatangan para santri baru di Ketapang, Tangerang.
Ustadz Jameel menambahkan antusiasme masyarakat untuk memasukkan anaknya ke pesantren sangat tinggi. Bahkan banyak orangtua yang sudah mendaftarkan anaknya untuk tahun ajaran beberapa tahun kedepan.
“Sepertinya saat ini tumbuh kesadaran untuk menyiapkan anak sedini mungkin dalam menghadapi kehidupan. Tidak salah kita menyiapkan anak menjadi ahli matematika, IT, ekonomi dan lainnya tapi jangan lupakan pendidikan dasar mereka dengan ilmu agama” ujarnya.
Pendidikan yang komplet inilah yang membuat Asep (50) mendukung pilihan anaknya Nezar (14) untuk masuk ke ponpes tahfidz Daarul Qur’an. Pria yang berprofesi sebagai guru di salah satu SMP di Jakarta Utara ini mengakui pesantren adalah institusi pendidikan yang lengkap.
“Selain belajar ilmu umum anak-anak ditanamkan ilmu agama. Mereka juga dibekali dengan hafalan Al-Qur’an. Dan yang lebih istimewanya di pesantren mereka akan belajar tentang kehidupan” ujarnya.
“Maka, begitu anak saya memilih pesantren sebagai pendidikan berikutnya. Saya langsung setuju saja tidak ambil pusing” tambahnya.
Sementara itu ustadz Yusuf Mansur, pendiri ponpes tahfidz Daarul Qur’an, mengatakan banyaknya kekhawatiran memasukkan anak ke pesantren biasanya berasal dari orangtua itu sendiri. Banyak orangtua yang khawatir anaknya tidak makan enak, tidak bisa tidur nyenyak dan lain sebagainya.
“Padahal anak-anak itu fine-fine aja. Nah, gara-gara kita selaku orangtua ribet sendiri maka si anak jadi ketakutan. Padahal, insya Allah apa yang dialami oleh anak-anak di pesantren baik itu susah dan senangnya akan menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan mereka selanjutnya” ujar ustadz Yusuf Mansur.
Untuk tahun ajaran 2015/2016 ini pondok pesantren tahfidz Daarul Qur’an menerima sebanyak 1300 santri baik putra dan putri untuk belajar di ponpes yang tersebar di Tangerang, Cikarang, Lampung dan Semarang.