Menyatukan para santri untuk tinggal dalam satu atap, Bilal mengakui bukan perkara sepele. Situasi yang harmonis dan selaras adalah kunci agar para santri betah, menetap berlama-lama di pondok.
“Nah, santri siaga ini disiapkan agar tercipta pesantren yang aman,†kata Bilal. Penerapan santri siaga sebetulnya cukup ringkas. Selama satu bulan, para santri akan dibina dan didorong untuk meningkatkan perannya dalam hal kebersihan, ketertiban dan keamanan, di dalam maupun lingkungan sekitar pondok pesantren.
Selanjutnya, pengasuh akan mengawasi dan mengevaluasi perilaku para santri lewat secarik kartu evaluasi.
Pada pekan keempat, pengasuh akan menyerahkan hasil evaluasi kepada para santri. Santri yang memperoleh nilai gemilang dalam menjaga kebersihan, keamanan dan paling tertib, berhak menyandang predikat santri siaga.
“Santri siaga yang terpilih, akan diumumkan lewat sebuah upacara sehingga terselip rasa bangga. Disana, santri siaga akan disematkan lencana yang hanya diberikan pengasuh kepada santri siaga,†kata Bilal.
Selain lencana, yang lebih istimewa dari program santri siaga ini adalah pemberian wewenang. Artinya, para santri siaga itu boleh menegur teman asramanya yang melanggar aturan atau menjadi biang kerok di pondok.
Dengan sikap saling mengingatkan tersebut, maka karakter disiplin santri bisa terbentuk. Santri menjadi terbiasa hidup aman secara mandiri. “Program santri siaga ini akan berjalan mulai bulan depan,†kata Bilal. (suci)
Â