Perubahan Iklim kian terasa nyata. Kebakaran hutan yang terjadi di Australia selama berbulan-bulan serta banjir yang melanda Jabodetabek awal tahun 2020 menunjukkan keseimbangan alam yang mulai terganggu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, perubahan iklim yang terjadi meningkatkan risiko dan peluang curah hujan sehingga menjadi pemicu banjir yang terjadi di Jabodetabek. . Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, mengatakan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya telah mencapai titik ekstrem, yakni lebih dari 150 mm per hari.
Menghadapi ini setiap kita tidak lagi bisa berdiam diri. Disaat para pemimpin dunia dianggap lama bertindak dan setiap pertemuan dunia belum menghasilkan solusi konkrit, ada baiknya kita mencegahnya sedari dini, dimulai dari diri sendiri. Berikut beberapa hal sederhana yang bisa kita mulai untuk mencegah dampak perubahan iklim tersebut.
- Membuang dan Memisahkan Sampah pada Tempatnya
Kita sangat sering mendengar himbauan ini. Namun pada kenyataannya sampah masih menjadi penyebab terjadinya banjir. Bahkan tumpukan sampah yang menghambat pertumbuhan tanaman hijau juga bisa menjadi penyebab tanah longsor.
Sosialisasi dalam rangka memberikan edukasi pada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnyalah yang harus digalakkan. Jangan hanya mengandalkan lembaga terkait, mengingatkan teman sebelum ia membuang kemasan makanannya ke tong sampah juga harus dilakukan.
Memisahkan sampah juga penting. Meski tidak terkait langsung dengan dampak perubahan iklim namun dengan pemisahan tersebut sisa sampah yang masih bisa dipakai dapat digunakan kembali.
- Mendaur Ulang Sampah
Dalam skala besar, transportasi dan memproses material untuk daur ulang meninggalkan jejak karbon yang banyak. Kita bisa mengatasinya dengan menggunakan sampah, utamanya sampah kering, sebagai peralatan penunjang. Misalnya, anak-anak menggunakan botol bekas untuk tempat pensil sementara orangtua menggunakannya untuk pot tanaman. Sudah banyak tutorial membuatnya di youtube. Terlepas dari hal tersebut, bagaimanapun daur ulang sampah lebih sedikit dalam mengonsumsi energi daripada memproduksi dari awal.
- Jangan Lupa Bawa Tumbler
Produsen alat berbahan dasar alumunium mulai memproduksi tempat minum atau tumbler. Tumbler juga dibutuhkan untuk mengurangi pembelian minuman kemasan berbahan plastik Polyethylene (PET) yang sekali pakai. Selain awet ketahanannya menjaga suhu air juga jadi keunggulan. Sedotan berbahan alumunium juga bisa digunakan untuk mengurangi hal yang sama.
Namun, penggunaan bahan alumunium masih menjadi masalah dengan harganya yang relatif mahal. Selain mahal bobotnya juga cukup berat. Sebagian masyarakat enggan membekali anaknya dengan tumbler berbahan alumunium.
Tumbler berbahan plastik HDPE (High Density Polyethylene) atau Polipropylene (PP) yang lebih kuat bisa menjadi solusi. Selain lebih murah bobotnya tentu lebih ringan. Meskipun tumbler berbahan plastik tidak mampu menahan suhu air. Namun, selagi bisa mengurangi dampak buruk perubahan iklim kenapa tidak?
- Tanam Pohon Sebagai Penghijauan
Daerah resapan air dibutuhkan untuk mencegah terjadinya banjir akibat perubahan iklim. Menanam pohon akan memperbanyak daerah resapan air tersebut. Selain daerah resapan air, pohon juga bisa menahan air dan angin kencang menerpa bangunan. Tak perlu satu pohon utuh, kita bisa menanam bibit pohon. Selain lebih mudah harganya juga lebih murah.
- Beralih ke Transportasi Publik
Sudah menjadi rahasia umum, dampak dari pemanasan global menyebabkan iklim tidak teratur, seperti musim kemarau yang berkepanjangan dan musim hujan yang terus-menerus. Kepala Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Pusat Teknologi Lingkungan (PTL-BPPT) , Rudi Nugroho, mengungkapkan pemanasan global menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor kita turut mencegah terjadinya pemanasan global.
Bersepeda atau berjalan kaki saja ke tempat yang dekat. Jika jaraknya lumayan jauh kita bisa menggunakan transportasi umum. Dengan begitu bukan dampak perubahan iklim saja yang bisa kita cegah namun juga penyebabnya.
Sudah semestinya proses dan penyebab perubahan iklim ini dapat dipahami oleh semua orang. Jika hal ini sudah dipahami, maka kerugian akibat perubahan iklim bisa ditekan. Lebih baik bersiap untuk segala kemungkinan daripada menanggung dampak perubahan iklim tanpa perlindungan. Sebarkan pengetahuan tentang perubahan iklim dan didik orang lain.