Buah dan sayuran secara umum tidak disukai oleh anak-anak. Rasa pahit dan asam pada buah menjadi alasan anak-anak menjauhinya. Hal tersebut karena anak-anak lebih familiar pada rasan manis dan asin yang terkandung pada ASI ataupun makanan pendamping ASI. Padahal buah penuh dengan kandungan karbohidrat, vitamin, mineral dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Hal tersebut didukung fakta Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan bahwa 93,5 persen penduduk berusia di bawah 10 tahun, tidak mengkonsumsi sayur dan buah sesuai anjuran. Padahal Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan anak balita dan anak usia sekolah untuk mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 300-400 gram per hari.
Maka untuk membiasakan anak-anak dengan buah-buahan, SD Daarul Qur’an Ketapang, Tangerang, mewajibkan siswa dan siswinya membawa bekal buah sebagai pengganti snack time setiap hari Jumat. Program ini mulai diberlakukan pada November 2018.
Latar belakang program ini sebagaimana disampaikan oleh Miss Nety, Kepala Sekolah SD Daqu Ketapang, ialah untuk mengurangi anak-anak mengkonsumi makanan yang mengandung Monosodium Glutamat (MSG) yang kerap ditemukan pada makanan ringan.
“Dengan program ini kami ingin membangun kesadaran pada orangtua untuk menyiapkan makanan sehat pada anak-anak sekaligus membiasakan anak-anak untuk makan buah-buahan yang pastinya bermanfaat pada masa-masa perkembangan mereka” ujar Miss Nety.
Menurutnya juga buah sangat layak dikonsumsi kerena banyak sumber energi dan vitamin yang sangat cocok dikonsumi anak-anak yang memiliki aktivitas yang banyak.
“Kami juga berharap jika nantinya anak-anak terbiasa, mereka menjadikan buah-buahan sebagai cemilan pengganti chiki dan sejenisnya” tambahnya.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari komite sekolah yang berisi para wali siswa. Bahkan banyak siswa yang membawa buah-buahan secara berlebih untuk selanjutnya dinikmati bersama teman sekelas mereka.