Ujian selalu menjadi momen menegangkan bagi setiap pelajar, bertambah rumit ketika terbayang mendapat nilai kecil saat ujian berakhir. Pola pikir ujian sebagai beban ini harus dibuang oleh pemuda. Karena jika kita memandang ujian sebagai beban maka cara-cara tidak baik akan kita lakukan demi mendapat nilai yang bagus. Mencontek dari teman misalnya.
Sejatinya ujian hanyalah pelaksanaan dari latihan-latihan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika ada kekurangan karena kita tidak memahami apa yang kita pelajari meski telah berusaha dengan baik, maka jadikan itu sebagai sebuah cambukan buat makin lebih baik. Bukan malah sebaliknya, menutupi kekurangan dengan kecurangan.
Seperti kutipan kata dari Zig Ziglar “Jika engkau kecewa dan mengeluh terhadap kekurangan yang ada pada dirimu, maka datanglah kepada arsitek yang telah merancang dan menciptakanmu”
Harusnya kita bersyukur pada nikmat yang Allah beri. Kita juga tidak boleh malu sama kekurangan yang Allah kasih. Percayalah, Allah maha adil. Namun, jangan sombong dengan kelebihan kita. Jangan pernah bilang Allah gak Adil, karena kita nggak punya yang orang lain punya. Jangan pernah ingin jadi seperti orang lain. Jadi diri sendiri. Selagi benar kenapa harus malu?
Kita harus yakin bahwa tidak ada satupun manusia yang diberi kelebihan tanpa kekurangan. Dan juga selebihnya tidak ada orang yang dikasih kekurangan tanpa dikaruniai kelebihan.
Jadilah orang yang optimis. Selalu husnudzon pada Allah. Karena kebahagiaan dapat hadir saat kita melupakan kebaikan diri dan mengingat Allah. Serta selalu memotivasi diri bahwa kita mampu menghadapi segala macam ujian.
Maka mengubah cara pandang kita terhadap ujian harus menjadi keharusan dikalangan para pemuda. Karena apabila kita memiliki pikiran baik maka perkataan akan baik dan bila perkataanya sudah baik maka keseharianya menjadi lebih baik pula.
Yang juga perlu kita ketahui bahwa setiap hal rumit yang terjadi dikehidupan kita banyak berasal dari pikiran kita sendiri. Itu terjadi karena kita lebih memfokuskan pandangan pada permasalahannya bukan mencari solusinya.
Ini tidak hanya terjadi pada masalah kehidupan pribadi tetapi juga seperti mengerjakan soal matematika. Mungkin saat kita melihat soalnya susah, maka akan susah juga kita saat proses mengerjakannya.
Persoalan yang sangat sederhana jadi terkesan sangat sulit hanya karena kesan yang kita ciptakan dari pikiran kita. Maka ada satu kalimat dari Presiden Republik Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid, yang sangat fenomenal yaitu “gitu aja kok repot!” bisa menjadi penyadar kita saat kemelut terjadi dipikiran kita sendiri.
Ditulis oleh, Syahda Aqila Syakir, santri kelas 10