Multaqo Quran Ke V, Membahas Masalah Pengajaran Alquran di Indonesia dan Solusinya

0
281

Organisasi Al-Quran dan Sunnah Dunia, Haiah Al-‘Alamiyah Lil Kitabi wa As-sunnah, kembali menggelar Konfrensi (Multaqo ) Alquran ke V. Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, kembali mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah. Konferensi sendiri digelar di Hotel Siti Tangerang, 11-13 Oktober 2018.

Bertema “Pengajaran Alquran Antara Fakta dan Realita” kegiatan ini diikuti oleh 92 utusan dari berbagai pesantren Tahfizh se Indonesia yang tergabung dalam organisasi Robithoh Pesantren Tahfizh se Indonesia. Hadi dalam konferensi ini; Syeikh Dr Anaz Khorzun (pimpinan Haiah), Syeikh Dr Khalid Abdul Kaafi (Wakil Sekjen Organisasi Al-Quran dan Sunnah Dunia, bidang keilmiahan dan Pendidikan), Prof Dr Ahsin Sakho, MA (Ahli Alquran dari Indonesia)

Multaqo ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Haiah dalam rangka mendiskusikan sejumlah masalah terkait pendidikan Alquran di Indonesia. Dalam kegiatan ini sejumlah peserta berdiskusi untuk mencari sejumlah solusi, ide dan gagasan bagi pengajaran Alquran di Indonesia.

Dalam sambutan pembukaannya Anaz Khorzun berharap dalam Multaqo kali ini para peserta akan pulang membawa ide dan gagasan baru bagi pengajaran Alquran di pesantren masing-masing. Ia juga mengingatkan kepada para peserta untuk menjalanan sejumlah rekomendasi yang telah dijalankan dalam kegiatan Mulatqo sebelumnya.

“Ini semua PR kita bersama agar setelah kegiatan Multaqo ini para peserta menjalankan dari apa yang telah kita diskusian” ujarnya.

Ia menyinggung terkait beberapa rekomendasi sebelumnya yang dihasilkan dalam Multaqo ke III yang berlangsung di Pondok Wadi Mubarok. Saat itu konferensi menghasilkan sejumlah rekomendasi seperti perhatian terhadap para hufazh baru agar ia terus mengembangkan hafalannya dengan mengikuti program ijazah Sanad serta agar sejumlah acara Alquran masuk dalam program televisi.

Sementara itu KH Anwar Effendy Lc, pengasuh Pesantren Utsmani, Jakarta Barat, mengatakan setidaknya ada dua poin besar yang akan ia bahas dalam kegiatan ini yaitu adanya jurang pemisah yang baru antara hufazh jaman dulu dan sekarang. Bila jaman dulu para penghafal Alquran memiliki semngat untuk mencari ijazah sanad sementara bagi para hufazh sekarang keinginan itu sangat sedikit. Lalu terkait dengan masih tingginya buta huruf Alquran di Indonesia, ia berharap Multaqo kali ini akan membahas solusi bagi permasalahan tersebut.

Adapun KH Ahmad Jamil, Ketua Daarul Quran, mengatakan tema kegiatan Multaqo kali ini sangat baik mengingat masih belum seragamnya standar dalam pengajaran Alquran di Indonesia. Ia juga melihat saat ini pendidikan dengan basis pengajaran Alquran di Indonesia tumbuhnya sangat luar biasa dan ini harus menjadi perhatian bersama agar bisa menghasilkan para penghafal Alquran yang berkualitas.

Adapun secara umum ada beberapa poin penting yang dihasilkan dalam Multaqo kali ini yaitu:

1. Mempertegas dan memperkuat Ikatan Pesantren Alquran di Indonesia dan mengadakan dauroh guna mensosialisasikan keberadaan Organisasi ikatan Pesantren Alquran di Indonesia dan mengajak kepada pesantren lain untuk bergabung.

2. Menjaga kualitas kekuatan hafalan maupun benarnya bacaan dalam pemberian Ijazah sanad Alquran. Dan dilarang menyepelakan atau memudahkan dalam pemberian ijazah sanad Alquran tanpa memperhatikan kualitas hafalan dan bacaan.

3. Mendirikan Markaz Iqra’ melalui Organisasi ikatan pesantren Tahfidz AlQuran di indonesia yang akan menjadi pusat rujukan seluruh pesantren yang ada di Indonesia

4. Mengadakan dauroh pelatihan khusus bagi para pengajar Alquran baik laki-laki maupun perempuan.

5. Menggabungkan dan mengumpulkan para penghafal Alquran dalam berbagai macam even yang berkaitan dengan Alquran, dan dalam sebuah “program mengajar” kepada seluruh lapisan masyarakat dari berbagai macam golongan dan komunitas.

6. Mengadakan program mencetak kader tetap bagi yayasan dan pesantren yang bergerak dibidang Alquran, agar dapat memaksimalkan dalam penyebaran Alquran di Indonesia.

7. Memperhatikan sunnah-sunnah Nabi Muhammad Saw, baik dalam pelajaran kurikulum maupun kehidupan sehari-hari bagi seluruh pelajar penghafal AlQuran tingkat apapun.

8. Menjaga dan memperhatikan dalam pembentukan karakter dan penanaman akhlak Alquran dalam ruh jiwa para pelajar.

9. Membuat kurikulum untuk pesantren putri yang sesuai dengan karakter perempuan, dari sudut pandang ilmu tafsir, fiqh, dan lain sebagainya.

10. Membentuk sebuah komite sertifikasi pemberian Ijazah sanad Alquran, dan pengadaan kantor yang tetap, serta aktivitas rutin dalam pengelolaannya.

11. Meminta kepada para masyaikh dan guru yang telah berhasil mencetak para penghafal Alquran untuk memberikan dauroh seminar di pesantren atau yayasan lainnya.

12. Merekomendasikan kepada seluruh pesantren agar bisa mengaplikasikan manhaj kurikulum yang ada di Haiah Al-‘Alamiyyah, dan mengupayakan untuk mencetak kitab / buku yang ada di Haiah Al-‘Alamiyyah untuk disebar ke pesantren Alquran di Indonesia.

13. Menanamkan dalam pola pikir para pelajar, betapa pentingnya membuat sebuah rencana bagi masa depan mereka serta manfaatnya bagi diri pribadi para pelajar itu sendiri.

14. Selalu mengikuti perkembangan para pelajar setelah selesai masa belajarnya dan keluar dari pesantren atau yayasan, serta membuat program perekrutan dan pengkaderan dalam berkhidmah dan mengabdi kepada Alquran.

15. Memanfaatkan perkembangan teknologi modern dalam penyebaran Alquran di Indonesia.

16. Memperhatikan kurikulum yang berkaitan dengan pemahaman, tadabbur, serta pengamalan Alquran.

17. Memperhatikan serta memanfaatkan media dan alat komunikasi yang ada saat ini, melalui kerjasama dengan stasiun televisi, radio, dan seluruh media lainnya di Indonesia.

18. Mendirikan universitas Alquran di Indonesia dibawah naungan Rabithah Al-Ma’ahid AlQuraniyyah di Indonesia.

[vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1539657409183-e6220ec2-147a-9″ include=”18154,18152,18155,18158,18161,18156,18159,18153,18160,18162,18163,18164″]