Suara anak – anak bergemuruh di hari rabu pagi tanggal 9 Agustus 2017, ketika seorang mahasiswa berkewarganegaraan Jepang melintasi lorong DaQu school Semarang. Dia adalah Megumi Chida, seorang mahasiswi tingkat akhir dari Universitas Tsuda Tokyo Jepang, sekaligus salah satu relawan di Dejavato Foundation. Meg, begitu dia akrab disapa, ditugaskan oleh Dejavato, sebuah lembaga yang menaungi relawan dari berbagai negara untuk membantu para siswa mengenal kebudayaan dari negara lain lebih jauh sekaligus memotivasi siswa untuk aktif berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Program ini adalah hasil kerjasama antara Dejavato foundation dengan DaQu school, project site ini dinamakan Daqu cross-culture dan diketuai oleh Mr Zuhri selaku koordinator bahasa dan budaya di DaQu school Semarang.
Kerjasama ini sangat diapresiasi oleh Mr Fatkhur, selaku kepala sekolah. “Walaupun ini adalah program yang pertama kali diadakan di sekolah kami, saya pribadi berharap kerjasama ini bisa mengajarkan siswa-siswi Daqu school untuk lebih mengenal budaya-budaya dari negara asing , serta membangun rasa percaya diri mereka untuk menggunakan bahasa Inggris. Syukur-syukur memotivasi siswa untuk bisa belajar sampai ke luar negri nantinya.” Tutur Mr Fatkhur. Kehadiran Meg, membawa pengaruh besar bagi para siswa, guru maupun dirinya sendiri. Ini terlihat dari antusiasme anak-anak yang ingin menyapa dan berburu tanda tangan. Sebagian besar anak – anak rela mengantri di depan kantor guru demi meminta tandatangannya.
Hal itu, dimaanfaatkan oleh Mr Manar, Ms Dewi, dan Ms Ovi sebagai guru pengampu bahasa Inggris untuk membuat siswa berani berbicara dengan bahasa Inggris. Selain hal tersebut, Meg juga bertugas untuk mendampingi guru science, math atau English untuk membantu siswa mengerjakan tugas. Kehadirannya di dalam kelas selalu ditunggu oleh anak-anak. Keinginan mereka untuk dapat berbicara dengan Meg membuat mereka lebih giat dalam mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru. Selain di dalam kelas, Meg juga membantu dalam program English club yang diadakan setiap hari kamis setiap bulannya. “Alhamdulillah, dalam program tersebut Meg berhasil membuat siswa siswi yang masih malu – malu menjadi berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris meskipun kadang masih dibantu oleh gurunya”, ungkap Mr Zuhri selaku pelatih English club.
Tak hanya anak didik, guru – guru di DaQu pun ikut aktif dalam berkomunikasi dengan Meg ketika di ruang guru, sehingga membuat Meg makin jatuh hati dengan Indonesia. “DaQu school and Indonesia have stolen my heart” ucap Meg. Selain bertugas sebagai relawan dari Dejavato untuk program cross-culture ini, Meg juga sedang melakukan penelitian tentang Islam dan Muslimah untuk tugas akhirnya. Suasana kekeluargaan dan Islami yang diciptakan oleh seluruh elemen DaQu school, membuatnya tertarik dan lebih ingin mengenal Indonesia dan Muslimah pada khususnya.
Sehingga tak terasa tanggal 25 Agustus 2017, hari dimana Meg selesai bertugas di DaQu school dan harus segera kembali ke Tokyo untuk menyelesaikan tugasnya. Suasana haru mewarnai “Farwell party” sederhana. Ketika acara dibuka oleh Mr Topo, Wakasek bagian kesiswaan memberikan pidato singkat, air mata Nabila, salah seorang siswi Daqu School sudah mulai menetes membasahi pipinya. “Aku mau belajar bahasa Inggris supaya bisa bicara dengan Ms Meg” begitu ucapnya lirih sambil berusaha menyeka air matanya.
Suasana semakin haru tatkala, Firza, siswa kelas 6 mewakili siswa siswi menyampaikan rasa terimakasihnya dalam bahasa Inggris. Video perpiasahan kegiatan pun mulai diputar, seketika itupun Air mata Meg pun mengalir semakin deras, yang sesekali dia seka dengan jilbab yang dikenakannya. Seperti kata Mr Topo dalam pidatonya, “selalu ada pertemuan dan perpisahan namun kenangan ini selalu akan menjadi kenangan di hati kita semua”. Mr Fatkhur, selaku kepala sekolah juga menyampaikan rasa terimaksih dan memohon maaf karena tidak dapat hadir dalam pelepasan relawan 1 tersebut. Inshaallah akan ada relawan – relawan asing lainnya yang akan mewarnai DaQu school semarang kedepannya.