Peringatan Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW menjadi perayaan besar bagi umat muslim di seluruh dunia, termasuk para santri di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. Untuk memperigati hijrahnya nabi itu, Pesantren Daqu Ketapang menghadirkan KH Ahmad Syafi’i Al-Mustawa untuk menjelasakan dan berbagi hikmah dari perjalanan Isra Mikraj tersebut. Di hadapan para santri di Masjid An-Nabawi, Pesantren Daqu Ketapang, Kamis (11/3/2021), Kyai Syafi’I membeberkan berbagai keutamaan dari kisah Isra dan Mikrajnya Nabi Muhammad.
Sebelumnya, tim hadroh santri Pesantren Daqu memimpin lantunan sholawat dan puji-pujian untuk baginda Rasulullah SAW. Berbagai sholawat dinyanyikan dengan syahdu yang dikuti pula oleh para santri. Momen kesyahduan semakin merasuk kala Ilham Rivaldi, santri kelas 10, melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Setelah itu, para santri khusyuk menyimak paparan dari Kyai Syafi’i.
Kyai Syafi’i menjelaskan, sejatinya, momen ini juga jadi penambah kecintaan kita pada Allah dan Rasulnya. Salah satu cara mencintai Rasul yakni dengan senantiasa mengucap dan menjawab salam. Dalam salam, bukti kecintaan itu diwujudkan dalam bentuk doa.
Peristiwa Isra Mikraj yang jatuh di bulan Rajab juga jadi keisitimewaan salah satu bulan haram ini. Bulan ini, kata Kyai Syafi’i, adalah bulan untuk bertaubat.
“Bertaubat di Bulan Rajab seperti tidak memiliki dosa sebelum-sebelumnya,” terangnya.
Kyai Syafi’i juga bercerita bahwa perjalanan Isra Mikraj adalah perjalanan 3 dimensi yang dapat ditempuh oleh Nabi Muhammad hanya dalam waktu semalaman. Hal ini juga menjadi alasan kita semakin bertaqwa pada Allah SWT. Karena hanya Allah lah yang bisa melakukan sesuatu yang tidak mungkin menurut akal manusia.
Terakhir, beliau juga berpesan untuk para santri agar senantiasa menahan hawa nafsu. “Bagi kalian yang bisa menahan hawa nafsu, maka kalian akan senantiasa ditemani malaikat di sampingnya,” jelas Kyai Syaiful. Ketika para malaikat selalu di sisi kita, Insya Allah, doa kita pun akan lebih makbul.
Acara yang dihadiri pula oleh pengasuh Pesantren Daqu Ketapang, KH Syaiful Bahri, itu pun ditutup dengan pembacaan doa.
Oleh: Muhamad Lutfi Hakim, Santri Kelas 11 Pesantren Daqu Tangerang