Saat Separuh Jiwa Dhilla Pergi

0
36

Sosok Ibu bagi siapapun pasti memiliki arti lebih. Keberadaannya sangat dinanti. Jasanya tidak bisa kita ungkap dengan kata-kata. Begitu juga bagi Fadhillah. Ada separuh jiwanya di sosok sang ibu.
Fadhillah merupakan santri Daarul Qur’an Putri Cikarang angkatan 8. Ia merupakan sosok yang periang berperawakan mungil dengan sejuta pelangi dihidupnya. Namun dibalik keceriaannya ia menyimpan sebuah kenangan yang tidak akan bisa dilupakan dan selalu membayangi jejak langkah hidupnya.

Ceritanya bermula saat Fadhillah duduk di Kelas 9, saat dirinya akan menyelesaikan studi jenjang SMP. Saat itu ia ijin pulang ketika Maciak (panggilan untuk adik dari ibu dalam bahasa Padang) dan membawa kabar ibu Fadhillah sakit pengapuran tulang belakang yang mengharuskan operasi sesuai rekomendasi dokter. Tanggal operasi sudah ditentukan, namun bertabrakan dengan jadwal santri akhir kelas 9 yang padat, seperti karantina Tahfizh, syukuran kelulusan dan lain sebagainya.

Setelah bertemu sang Ibu, Dilla kembali ke pesantren untuk menghadapi ujian. Suatu pagi Fadhillah mendapat panggilan dari pembimbing kamar yang mengabarkan ada panggilan telepon dari Ibu tercinta.

“Dila apa kabar?” tanya Ibu di sebarang sana

“Alhamdulillah baik, Ibu apa kabar?” Begitu selanjut nya percakapan mengalir,

“Dila, Ibu kan mau operasi Dila mau gak pulang duluan?” Mendengar pertanyaan Ibunda hati Dila bimbang. Satu sisi ia akan menjalani Karantina Tahfizh untuk menambah bobot hafalan jelang Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) satu sisi ia ingin menemani Malaikat Hidupnya Itu.

Gapapa Bu, Dila mau karantina dulu, hafalan Dila Belum Cukup Buat WTN doain Dila ya Bu” Jawab Dila dengan menahan getar di dada.

Hari operasi tiba, sebelum operasi dimulai diLakukan medical chek up untuk memastikan pasien aman untuk di operasi dan ternyata kondisi Ibu Fadhillah tidak memungkinkan untuk Di operasi. Ibu Fadhillah dilarikan ke ruang ICU, sayangnya Allah menyayangi Ibu Fadhillah Lebih dari siapapun di dunia ini, Ibu Fadhillah pergi kembali ke Rabb-nya pada bulan Mei 2015.

Dinihari saat banyak orang berselimut pagi, para santri sudah terbangun untuk memuji Sang Pencipta di sepertiga malam. Saat banyak santri tengah khusyuk dalam ibadahnya terdengar tangis Fadhillah kala ia menerima informasi Ibunya telah meninggal dunia. Fadhillah sangat terpukul oleh berita itu.

Fadhillah pun membayangkan ia tidak akan bisa hidup tanpa ibunya.Tapi Allah tidak pernah salah memberi cobaan kepada hambanya. Allah percaya bahwa gadis mungil periang ini akan sangat kuat dengan dentuman ombak dalam setiap kehidupannya.

Fadhillah pun sadar untuk meneruskan hidupnya. Ia teringat pesan sang ibu yang ingin dirinya menyelesaikan hafalan 30 juz. Fadhillah pun bangkit, ia melanjutkan studi SMA di Daqu seperti keinginan mendiang ibunya. Hingga kelas 12 Fadhillah berhasil menyelesaikan hafalan 30 Juz nya.

“Tidak ada harta atau pun capaian selama ini yang bisa mengembalikan nyawa ibu. Saat ini hanya untaian kata dan doa yang bisa aku sampaikan buat ibu, semoga ibu bisa bahagia di alam sana” kenang Fadhillah.

Gadis mungil periang ini berpesan untuk kita semua agar tidak menyiakan orangtua kita dan bersyukur dengan kedua orangtua yang kita miliki.

Ditulis oleh: Siti Nurhaliza, santri pesantren tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang angkatan 8