Sampah Plastik, Bahaya Di Sekitar Kita

0
20

Tayangan di akun Youtube BBC News memperlihatkan beberapa personel keamanan bersenjata lengkap tengah melakukan inspeksi pada para pedagang dan pembeli di sebuah pasar di bagian barat Kenya, Afrika. Personel keamanan tersebut mendatangi satu persatu lapak pedagang dan melakukan pemeriksaan hingga ke balik-balik meja. Begitu juga kepada para konsumen. Apakah yang mereka cari? obat-obatan terlarang atau senjata gelap? bukan keduanya. Aparat keamanan tersebut tengah mencari tas plastik yang kini menjadi barang terlarang di Kenya.

Mulai tanggal 28 Agustus 2017 pemerintah Kenya memberlakukan hukuman keras kepada warga yang ketahuan membuat, menjual, atau membawa kantong plastik yakni hukuman penjara hingga empat tahun atau denda sebesar Rp506 juta rupiah. Langkah ini diambil oleh pemerintah untuk melindungi lingkungan hidup. Tercatat sebanyak 24 juta kantong plastik setiap bulannya digunakan warga Kenya.

Hasilnya sungguh menggembirakan. Sebagaiman dikutip dari the guardian di wilayah Kenya kini sulit ditemukan tumpukan sampah plastik. Saluran air juga terbebas dari sampah plastik. Masyarakat pun mulai menemukan alternatif kantong plastik dengan bahan yang terjangkau sekaligus aman bagi lingkungan.

Penggunaan plastik memang menjadi dilema bagi lingkungan hidup. Satu sisi manfaatnya sangat besar di sisi lain sampah yang dihasilkan bisa merusak lingkungan hidup. Terbaru ketika nelayan di Pulau Kapota, Taman Nasional, Wakatobi, Sulawesi Tenggara dikejutkan dengan terdamparnya bangkai paus sperma sepanjang 9,5 meter. Lebih mengejutkan lagi saat diketahui di dalam perut paus naas tersebut ditemukan sampah plastik sebanyak enam kilogram, pada Senin (19/11).

“5,9 kg sampah plastik ditemukan di dlm perut paus malang ini! Sampah plastik yaitu: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi o/ tali rafia (3,26 kg) & gelas plastik (115 pcs, 750 gr).” kicau akun twitter @WWF_ID

Sebelumnya pada Senin (28/5) di bagian selatan Thailand seekor paus pilot ditemukan mati dengan 80 kantong plastik seberat delapan kilogram. Kondisi ini memberi signal betapa bahayanya sampah plastik yang dihasilkan manusia.

Setiap tahunnya Indonesia menghasilkan lebih dari 5,6 juta ton plastik yang sebagian besarnya akan berakhir di tempat pembuangan sampah untuk didaur ulang tapi lebih banyak lagi yang terbuang di sungai, terkubur di dalam tanah dan terbawa hingga ke laut lepas. Penelitian majalah science pada tahun 2015 menyebut Indonesia sebagai negara dengan pengolahan sampah terburuk nomor dua setelah China.

Ada beberapa alasan mengapa sampah plastik berbahaya bagi kehidupan kita seperti sifatnya yang sangat sulit terurai di tanah karena mikro organisme sulit mengurai rantai karbonnya yang panjang. Dibutuhkan watu ratusan hingga ribuan tahun untuk mengurainya. Lalu adanya kandungan Polyethylene yang akan mengkontaminasi tanah dan air tempat tumbuhan dan hewan hidup mendapatkan makanan. Racun ini juga bisa masuk dalam tubuh manusia lewat makanan dari konsumsi ikan laut yang tercemar sampah plastik dalam pencernaannya.

Pemerintah Indonesia juga menyadari bahayanya sampah plastik ini. Ujicoba terbatas pemberlakuan platik berbayar pernah diterapkan pada 21 Februari hingga 31 Mei 2016. Saat itu konsumen diharuskan membayar Rp200 untuk setiap plastik yang digunakan. Ujicoba ini berdampak pada turunnya penggunaan tas plastik hingga 50%. Meski begitu pemerintah dalam hal ini Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, mengakui masih banyak penentangan atas kebijakan tersebut.

Maka dituntut pula peran aktif masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Sejumlah komunitas masyarakat pun telah beralih menggunakan tas berbahan kain sebagai pengganti plastik. Belajar dari Kenya, kehadiran negara sangat diperlukan untuk mempercepat mengurangi dampak dari sampah plastik ini.

Ditulis oleh: Syakib