Serunya Debat Seputar  Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Hingga Makna Millenial

0
20

Hari pertama kegiatan MHQN dan Daqu Competition, Jumat (1/10) diisi oleh berbagai cabang lomba. Cuaca wilayah cikarang yang diguyur hujan lebat, tidak membuat semangat para peserta surut. Antusias penonton dan kompetisi antar peserta sangat terasa di lokasi-lokasi lomba yang bertempat di dalam lingkungan pesantren tahfizh daarul qur’an putri cikarang.

Terpantau dari lokasi Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP dan SMA. Ada 5 pemakalah tingkat SMP dan 4 pemakalah tingkat SMA yang memaparkan hasil penelitiannya di depan dewan juri. Dewan juri yang bertugas untuk mereview dan mendalami Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1) Ustadz DR. Mahfudz Fauzi, M.Pd, sebagai kebid Kemitraan Biro Fullday Daarul Qur’an

2) Ustadz Bisri Hasan, MA, Koordinator Markaz Pesantren Daarul Qur’an

Berbagai pertanyaan dewan juri diberikan kepada pemakalah, diantara yang menjadi trending topic adalah tentang “apa definisi kata millenial?” Pertanyaan ini pun ditanggapi oleh pemakalah dengan berbagai jawaban. Ada yang menjawab berdasarkan pendapat ilmuwan, ada yang menjawab berdasar pemahaman pribadi.

“Millenial adalah generasi saat ini” ungkap salah seorang pemakalah.

Dewan juri pun menanggapi kembali, “Berarti jika seseorang lahir kemarin, apakah tidak disebut millenial? Atau seseorang yang lahir besok apakah juga bukan millenial?”

Ada juga diskusi yang menarik tentang topik Islamisasi ilmu pengetahuan. Seorang pemakalah menyampaikan bahwa seluruh teori ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh tokoh-tokoh terdahulu sudah lebih dulu di ungkap oleh al qur’an 1400 tahun yang lalu. Pernyataan ini pun kembali mendapat pertanyaan dari dewan juri.

“Bagaimana jika teori ilmu pengetahuan ini, dikemudian hari runtuh karena ditemukan adanya teori baru? Apakah juga berarti al quran yang sudah  menguatkan teori pengetahuan lama juga ikut runtuh?” Ungkap dewan juri.

Dibalik pertanyaan-pertanyaan dewan juri, juga banyak muncul pujian-pujian, serta ketakjuban dewan juri ketika melihat pemakalah memaparkan hasil penelitiannya.

Ada pemakalah yang mendapat pujian “Anda memang cocok untuk menjadi presenter acara televisi” . Ungkapan ini tidak berlebihan, mengingat pemakalah ini menyampaikan presentasi dengan kalimat yang jelas, lugas dan gaya bahasa serta gestur badan yang mendukung.

“Anda memang cocok sebagai mubaligh” ini juga salah satu komentar dewan juri yang melihat pemakalah mampu menyampaikan hasil penelitiannya tanpa menggunakan power point, namun bisa hapal apa yang akan disampaikan dilengkapi dengan ayat-ayat qur’annya.

Kemudian Karya Tulis Ilmiah ini juga berhasil memunculkan beberapa kaidah-kaidah baru yang jika di tindaklanjuti akan menjadi suatu karya yang sangat menarik, misalnya :

1. Semakin fokus seseorang, maka akan semakin kuat hapalannya

2. Dimanapun seseorang berada, maka kewajiban beribadah masih tetap dapat dilakukan

3. Tubuh manusia jauh lebih canggih daripada kecanggihan komputer

4. Al Qur’an akan menjadi solusi dari seluruh permasalahan saat ini dan dikemudian hari

Semoga pada pelaksanaan Daqu Competition berikutnya, makin banyak santri yang melakukan penelitian dan bisa dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan di Daarul Qur’an maupun untuk kemajuan bangsa Indonesia.

 

Ditulis oleh, Kontributor DQC, rzqabutsabi