Dalam ragka meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani (SDI), Daqu Training Center (DTC) Pesantren Tahfizh Darul Qur’an menyelenggarakan pelatihan bertema Komunikasi di Aula Al-Fath, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang, Sabtu (2/2). SDI dari berbagai cabang Daarul Qur’an menghadiri pelatihan ini. Sebelum mulai, Kepala Biro DTC, Ustadz Kupmin Rambe, memandu acara perkenalan antar SDI agar terjalin suasana yang hangat. Dari yang terdekat seperti Tebet dan Kalibata City sampai yang berasal Pesantren Tahfizh Darul Qur’an Lampung.
Training dipandu Ustadz Ridwan sekaligus moderator tanya jawab. Profesional Trainer dari Soul of Speaking, Iwan Ridwan, menjadi narasumber. Ia menerangkan berbagai aspek dalam komunikasi.
Tanpa disdari, mayoritas kehidupan kita diisi dengan berkomunikasi. Iwan menerangkan 90% kegiatan manusia adalah komunikasi. “Kita komunikasi setiap saat, kapan aja. Bahkan ketika di kamar mandi, ngedumel”, Iwan mencontohkan.
Dalam berkomunikasi harus menyadari peranan kita. Selain itu kita harus pintar mengolah perasaan agar ekspresi wajah selaras dengan tujuan pembicaraan.
Secara umum, berkomunikasi bisa dengan bahasa, statistika, gestur, bunyi, serta gambar atau garis. “Manusia purba untuk menyatakan dia pernah di situ dia gambar-gambar di goa-goa tuh”, Iwan mencontohkan kembali.
Komunikasi bukan hanya tentang dua orang yang saling berbicara, Iwan menjelaskan bahwa manusia bisa berkomunikasi dengan sesuatu yang ada di dalam pikirannya, diri sendiri, hingga dengan tuhannya melalui do’a. “Momen kita berbicara dengan diri sendiri yang akan menentukan kesuksesan kita”, terangnya. Maka dari itu perkataan baik harus selalu diucapkan agar malaikat mengaminkannya. “Anda fokus pada kegagalan maka akan mendapatkan kegagalan”, kata Iwan merujuk Surat Ar-Ra’d ayat 11.
Begitu pun kala berkomunikasi dengan orang lain. Agar menjadi pendengar yang baik maka hindari terjebak interpretasi sendiri atas pernyataan orang. “Cara menduga paling benar adalah bertanya”, ungkap Iwan.
Dalam berkomunikasi ada tata krama yang harus diperhatikan agar tidak menimbulkan salah persepsi yang berujung permusuhan. “Sukses dicapai berdasarkan komunikasi kesehariannya”, tutup Iwan.