Surya Fachrizal Latih Kemampuan Jurnalistik Santri Daqupost

0
283

Menjadi seorang jurnalis tentunya memiliki tantangan tersendiri dimana kita dituntut untuk lebih memilih kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri. Karena tugas seorang jurnalis adalah menyampaikan informasi kepada banyak orang apapun tantangan dan kondisi yang dihadapi. Banyak jurnalis, terutama mereka yang meliput di daerah konflik, menjadi korban baik itu harta maupun jiwa.

Hal tersebut diungkapkan oleh Surya Fachrizal kepada para santri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang,  yang tergabung dalam Daqupost, kelas jurnalistik santri Daqu, saat mengisi pelatihan jurnalitik di aula Al-Ikhlas, Kamis (12/1).

Reza memulai dengan memutar film liputan detik-detik jelang penyerangan tentara Israel ke kapal Navi Marmara. Saat itu tidak hanya para aktivis kemanusiaan yang diserang tetapi juga jurnalis yang seharusnya mendapat perlindungan dalam situasi konflik, “Segala atribut pers kadang tidak berlaku dalam situasi tersebut” jelas Reza.

Ia pun menerangkan frame dari frame tayangan tersebut. Para santri pun berkerut dahi utamanya saat gambar menayangkan para korban tembakan tentara Israel. Muka Reza sendiri terlihat dengan jelas di layar saat ia tengah diberi pertolongan pertama oleh tim medis setelah peluru tajam menerjang bahu sebelah kanannya.
“Masih mau jadi Jurnalis” Tanya Reza sesaat film tersebut berhenti berputar.
Para santri pun tertawa kecil dan setelah saling toleh ke kiri dan kanan mereka menjawab, “Insya Allah, masih”

Kemudian pelatihan dilanjutkan kembali dengan mengenalkan apa saja sih tugas jurnalis “tugas jurnalis itu pokoknya ada 3, pertama yaitu to inform (menyampaikan informasi), kedua to educate (memberikan pengajaran), dan ketiga itu to entertaint (menghibur), nah kebanyakan sekarang nih yang ketiga yang malah seperti menjadi tugas utama dari jurnalistik tersebut, padahal kan tugas utamanya kan to inform.” Terang Reza menyayangkan kondisi media di dunia saat ini.

“Sebenernya ya jurnalis itu penting, bukannya saya merasa dipentingkan begitu yaa… tapi begini misalnya nih ada penyerangan di daerah konflik dimana di daerah tersebut dibantai banyak manusia yang gak bersalah, disitu itu kalo gak ada jurnalis bisa makin parah!”. Tegasnya.

Lalu kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh para santri. Sejumlah pertanyaan pun keluar seperti soal keamanan jurnalis saat meliput di medan konflik hingga bagaimana trik mencegat narasumber serta etikanya.

Santri Daqupost menyimak dengan seksama dan sangat terkesan dengan pengalaman yang telah di kisahkan oleh pria  yang pernah menjabat sebagai kepala Jurnalis Islam Bersatu itu. Terimakasih banyak dari kami atas sharing ilmu dan pengalamannya, semoga dengan pelatihan ini Daarul Qur’an akan melahirkan banyak jurnalis-jurnalis islam untuk dunia, amin.

dfhf