Senin, 6 Juni 2022. Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang menerima kunjungan Akademisi asal Libya, Prof. Dr. Sulaiman Barwisi. Beliau sekaligus mewakili 7 universitas yang ada di Libya untuk menjalin kerjasama dengan pondok pesantren di Indonesia.
Prof. Sulaiman disambut langsung oleh Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan, KH Ahmad Jamil serta Prof. Dr. Zaid bin Ali Al-Ghaliy selaku mudir Markaz I’daad Mua’alimin Al-Qur’an, Daarul Qur’an. Suasana hangat terjalin dalam perbincangan yang berlangsung di Ruang VIP Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an tersebut.
Selain silaturrahmi, kunjungan Prof. Sulaiman juga dalam rangka menjajaki kerjamasa antara tujuh kampus di Libya yang beliau wakili dengan Daarul Qur’an. Tujuh universitas yang dimaksud termasuk Universitas Tripoli dan Kuliyah Dakwah Islamiyah (KDI) yang terletak di Kota Tripoli.
Usai Sholat Dzuhur berjama’ah di Masjid Nabawi, Pesantren Daqu Tangerang, Prof. Sulaiman memberikan sedikit nasihat untuk para santri.
Kata beliau, para santri harus bersyukur dan bangga karena bisa menuntut ilmu di tempat terbaik. Tempat yang memberikan manfaat bukan hanya untuk Indonesia tapi dunia. Bahkan, juga memberikan manfaat untuk seluruh alam, yang mencerminkan Islam Rahmatan Lil ‘aalamin.
“Bedanya dengan yang tidak belajar ilmu syariat, bisa menghantarkan pada kebencian. Seperti juga terjadinya fitnah,” terang Prof. Sulaiman.
“Kunci perdamaian dunia yakni mempelajari ilmu agama. Dengan ilmu agama hati pun menjadi tenang. Seperti juga yang diajarkan di Daarul Qur’an. Kita sebagai santri harus bangga,” lanjutnya.
Dr. Zaid yang dipersilahkan berbicara oleh KH Ahmad Jamil sebagai perwakilan Daarul Qur’an menyambut baik kedatangan Prof. Sulaiman.
Kepada Prof. Sulaiman, Dr. Zaid bercerita tentang para santri Pesantren Daqu yang mencapai puluhan ribu di berbagai cabang di Indonesia. Selain itu, kata Dr. Zaid lagi, Kyai Yusuf Mansur pun mengajarkan para santri untuk mempunyai impian, termasuk berkuliah di berbagai penjuru dunia.
Kerjamasa yang terjalin antara kampus-kampus di Libya dengan Pesantren Daqu pun menjadi pintu mewujudkan impian tersebut.
“Setelah melakukan kerjasama, diharapkan juga akan bertukar ilmu. Para santri juga berkesempatan berkuliah di Libya sebagai tempat belajar berbagai ilmu,” tukas Dr. Zaid. Beliau juga meminta para santri terus mendoakan akan kerjasama ini segera terealisasi.
Agenda dilanjutkan berkeliling pesantren. Prof. Sulaiman tampak terkesan dengan lingkungan Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. Beliau pun mendorong agar kerjasama ini segera terjalin dengan penandatanganan nota kesepahaman yang rencananya dilakukan langsung di Libya.
Selanjutnya, Prof. Sulaiman juga diajak untuk berkeliling Institut Daarul Qur’an sebelum ia kembali ke Libya.