Wisuda Purna Pesantren Daqu Putri Cikarang, Maknai dengan Rasa Optimis dan Bangga

0
50

Sehari setelah pelaksanaan Wisuda Purna Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang, Sabtu (17/4/2021), Pesantren Daqu Putri Cikarang juga menggelar acara serupa keesokan harinya, Minggu (18/4/2021) untuk angkatan ke 11, di aula Pesantren. Sama halnya dengan di Pesantren Daqu Tangerang, Wisuda Purna ini juga diikuti dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, para wali santri juga tak diperkenankan untuk hadir, kecuali yang ditunjuk sebagai perwakilan.

Para Pimpinan Daarul Qur’an turut hadir dalam acara sakral bagi santri kelas 9 SMP dan 12 SMA ini. Ayahanda KH Yusuf Mansur selaku Pembina Yayasan menyapa para santriwati sejak awal acara. KH Ahmad Kosasih selaku Dewan Syariah Daarul Qur’an, serta 3 Pimpinan Direktorat, yakni KH Ahmad Jamil, MA., selaku Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan, Dr. H. Tarmizi Ashidiq MA, selaku Pimpinan Direktorat Bisnis sekaligus Ketua STMIK Antar Bangsa, serta Dr. H. M. Anwar Sani, ME., selaku Pimpinan Direktorat Zakat dan Wakaf sekaligus Rektor Institut Daarul Qur’an, juga menyertai acara yang diselenggarakan ba’da Sholat Tarawih itu. Tak ketinggalan, Pengasuh Pesantren Daqu Putri Cikarang, KH Heri Setiawan, serta donatur utama pesantren, H. Budi Hartawinata turut mengiringi penyelenggaraan Wisuda Purna ini.

Tahun ini, Pesantren Daqu Cikarang mewisuda sebanyak 119 santriwati tingkat SMA. Kebahagiaan bagi Pesantren Daqu Cikarang makin lengkap setelah sebelumnya 6 orang santriwati berhasil lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Acara ini makin bermakna bagi para wisudawati karena Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, S.H., M.H., Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, juga menyapa mereka selaku wali santriwati dari Ananda Zatila Aqmar Arifa. Meski secara daring, tapi sambutan tokoh masyarakat tersebut memberikan suntikan motivasi lebih bagi mereka.

“Teruslah berkarya, belajar, dan jangan lupa, kekuatan dari mengulang, the power of repetition. Ulangi terus yang sudah kita peroleh di pesantren. Ulangi terus hafalan yang Ananda punya,” pesan Prof Zudan pada para wisudawati. Ia juga berpesan agar pihak pesantren selalu memantau perkembangan dan menjalin komunikasi dengan para alumni. Karena merekelah yang menjadi cermin kualitas pesantren.

Sebelumnya, Kyai Jamil juga menitipkan pesan untuk para wisudawati. Beliau mengutip qoul atau perkataan para ulama terdahulu.

“Man ahsana suhbatal Qur’an, Ahsanallahu suhbatahu. Barangsiapa memperbaiki kedekatan, persahabatnnya dengan Al-Qur’an, maka Allah akan memperbaiki kedekatan-Nya dengan kita,” terang beliau. Pesan itu, kata beliau, mengingatkan kita bahwa sebagai santri aktivitas sehari-hari kita tak boleh lepas dari Al-Qur’an. Karena sejatinya, value atau nilai-nilai kehidupan yang diajarkan di pesantren, utamanya adalah bagaimana kita membersamai Al-Qur’an dan Al-Qur’an membersamai kita.

Sementara itu, Haji Budi memberikan tips kesuksesan bagi para santri. Sosok yang juga seorang pengusaha ini mengingatkan para wisudawati agar senantiasa berbakti pada orangtua. “Sukses itu adalah karena ia menjadikan orangtuanya jadi raja,” jelasnya.

Tentunya motivasi dari ayahnda Yusuf Mansur menjadi racikan ampuh untuk membakar semangat para wisudawati. Beliau berbagi berbagai cerita, salah satunya tentang ibunda dari sahabat salah satu asatidz Daarul Qur’an, Ustadz Hendy Irawan, yang ayahanda sebut sebagai Mama Liza. Di usia yang sudah menginjak 68 tahun tahun, Mama Liza ini masih semangat untuk mengejar mimpi. Kini, beliau sudah memilki ratusan karyawan.

“Jangan ditinggal apa saja yang sudah dipelajari di Daarul Qur’an. Tadi, tuh, soal afirmasi, visualisasi dan imajinasi. Apalagi kalian ini ahlul Qur’an, ditempel sama Al-Qur’an, wah itu udah mantep banget itu,” pesan ayahanda, setelah sebelumnya salah satu wisudawati mengutarakan keinginannya untuk memiliki sebuah brand.

Pesan menyentuh mewakili perasaan para wisudawati malam itu. Pesan itu disampaikan oleh Suci Arum Nur Rachmawati. Layaknya perpisahan, kesedihan pasti menyelimuti sanubari para wisudawati. Namun, Suci tak ingin momen ini hanya dijadikan sebagai curahan rasa haru.

“Hari ini adalah hakikatnya sebuah penundaan untuk bertemu suatu saat nanti. Saya harap hari ini tak dimaknai dengan perpisahan, tapi maknailah dengan perasaan optimis dan bangga untuk dapat meraih masa depan yang gemilang,” tutur Ananda bergelar hafizhah Al-Qur’an 30 juz ini. Dengan begitu, Wisuda Purna bukan akhir dari cerita, namun sebagai batu loncatan untuk menggapai cita-cita.