Menjadi sebuah tujuan adalah ketika kebahagiaan dapat hadir menghiasi kehidupan setiap kita, apapun profesi dan kesehariaannya. Kebahagiaan seorang petani saat bisa menghasilkan panen banyak, dijual dengan harga tinggi sehingga bisa tenang menyekolahkan anak sambil tetap beribadah. Demikian pula kebahagiaan seorang guru, saat melihat muridnya bisa meraih sukses jenjang pendidikan yang lebih baik dan tinggi sehingga bsia menjadi manfaat untuk banyak orang.
Sebagai insan Daqu tentunya kita akan bahagia saat bisa belajar Alquran, menghafal Alquran, menjadi jalan belajar dan menghafal Alquran, yang kemudian bermetaforfosa pada kemanfaatan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan. Naungan Alquran menjadi keberkahan tersendiri bagi insan yang dekat dengan kalam Allah.
Naungan itu adalah kebahagiaan, Alquran itu syamuli, komprehensif, universal, dan tidak pernah meleset. Alquran sebagai hudan (petunjuk) pengarah bagi siapa saja, dan selalu ada bisyaroh dengan pengamalan ayat-ayatnya.
“Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” ( QS. Al- Isra 9)
Ada yang hanya modal Alfatihah dia bisa menjadi direktur travel. Cukup dengan sholawat 1000 kali setiap hari, seorang cleaning service bisa memiliki perusahaan cleaning service. Dengan menghafal 3 juz dan mengamalkannya seorang santri bisa memiliki 20 outlet penjualan suku cadang motor, atau seorang santri yang tetap menjaga hafalannya bisa meraih gelar Doktor dibawah usia 30 tahun. Semua karena naungan Alquran, dan salah satu kuncinya adalah disiplin dalam pengamalannya.
Naungan itu yang sedang terus kita jaga agar tidak pudar. Menjaga naungan Alquran adalah dengan membacanya, menghafalnya, mentadabburi dan mengamalkannya. Jika membaca dan menghafal adalah bukti cinta kita akan Alquran, maka tadabbur adalah implikasi aktif seorang pembaca Alquran dimana dia mulai menyelami makna setiap kata, kalimat dan surah.
Ada makna disiplin pada perintah shalat di awal waktu dan berjamaah, maka saat kita menambah bacaan Alquran, menambah hafalan ayat dan surah bermakna menjadi lebih baik dan meningkat disetiap lini kita bergerak, baik secara kualitas, baik secara disiplin, bersih secara lingkungan, suci secara hati, dan bermanfaat banyak kalangan.
Usia 16 tahun memang menjadi usia penguatan dari dalam. Saat hitungan kesuksesan sebuah lembaga dinilai dalam kurun waktu, maka kita sedang masuk dalam dasawarsa kedua dimana tantangan dan harapan menjadi hal niscaya yang harus dihadapi.
Banyak alumni yang sudah lahir dari Daqu, baik formal maupun non formal dari ribuan rumah tahfizh yang tersebar di Indonesia, Asia dan dunia. Banyak juga donatur yang sudah ikut andil dalam pembangunan Daarul Qur’an untuk mewujudkan Dream Daqu bermanfaat bagi dunia.
Kekuatan sinergi menjadi satu poin penting dalam penguatan internal untuk kesolidan tim sekaligus menjadi modal utama dalam membangun kerjasama dengan pihak luar.
Pencapaian prestasi pendidikan, bantuan sosial dan pemberdayaan masyarakat dengan pemanfaatan unit bisnis di Daarul Qur’an tak luput dari peran serta masayarakat islam secara luas, baik para donatur, jamaah, santri, wali santri yang terus menerus mendukung secara kaffah.
Kritikan yang membangun juga sangat kami harapkan sehingga kedepannya lebih baik lagi untuk kawan-kawan se Daqu. Penguatan nilai Daqu method akan terus ditingkatkan sehingga menjadi value yang baik untuk kemudian ditularkan kebanyak pihak.
Maka kebahagiaan bagi kami adalah ketika amal sholeh ini tak surut dan luput walau kami telah meninggalkan dunia menuju kekekalan kehidupan selanjutnya. Bertabur doa kita haturkan kepada para orangtua kami, orangtua santri, orangtua jamaah yang telah wafat semoga naungan alquran menjadi penerang alam kubur mereka dan kita kelak.
Alfatihah….
Ustadz Hendy Irawan Saleh, Direktur Kominfo Daqu