Bagi umat Islam berangkat ke Tanah Suci Mekkah merupakan sebuah impian. Maka banyak yang sejak jauh-jauh hari menabung dan menyisihkan uang untuk dapat berangkat kesana. Meski begitu berangkat ke Tanah Suci, baik itu ibadah umroh dan haji, tidak hanya menjadi monopoli mereka yang berduit saja. Banyak juga kisah mereka yang berangkat umroh tanpa harus mengeluarkan biaya sama sekali alias gratis.
Salah satunya apa yang dialami Marjaya (46). Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tenaga keamanan di Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang tidak pernah menyangka akan bisa berangkat umroh ke Tanah Suci.
Selain sebagai petugas keamanan setiap harinya Marjaya juga menitipkan makanan berupa nasi kuning di Kantin Daqu. Ia pun tak lupa untuk melebihkan nasi yang dibawa untuk lalu dibagikan kepada rekan-rekan petugas keamanan. Selain itu ia dikenal sebagai petugas keamanan yang ramah dan sopan saat mengatur kendaraan tamu pesantren dan wali santri.
“Mimpi sih ada, mengingat biaya yang sangat mahal saya hanya bisa berdoa dan pasrah dengan kehendaknya” ujar Marjaya.
Tapi, doa merupakan kekuatan seorang muslim. Itulah yang terjadi pada Marjaya. Suatu ketika ada seorang ibu yang merupakan wali santri memanggilnya, “Pak Marjaya sebentar saya mau bicara”.
“Saya bu, ada apa ya bu?”
“Bapak punya paspor” tanya ibu tersebut kemudian.
Sedikit kaget Marjaya menjawab, “Paspor buat apa ya bu? Saya mah gak kemana-mana dari 2008 disini aja d pesantren, akte kelahiran juga gak ada karena saya lahir di dukun beranak bu jadi gak pake akte.”
“Tapi Ijazah ada?”
Sedikit kebingungan Pak Marjaya mengirim sms kepada istrinya. Ia menebak-nebak untuk apa ibu tersebut menanyakan paspor padanya. Belakangan ia tahu akan diberangkatkan umroh. mengetahui hal tersebut sang istri sempat meminta pak Marjaya untuk menolaknya.
“Pak, kalau bisa ditolak saja. Kita gak punya uang.” ujar istri Marjaya.
“Tapi ini rejeki Mah. Insya Allah berkah dari Allah swt” jawab pak Marjaya.
Lalu ia pun menyerahkan segala dokumen kepada Ibu yang sampai saat itu masih ia belum ketahui namanya hingga akhirnya tahu Ibu Tari walimurid dari siswa Akasyah. Tidak lama berkasnya diberikan kepada Daqu Travel lalu ia juga dibuatkan paspor. Saat ia diputuskan akan berangkat umroh Marjaya dengan tangis haru menghadap kepada Ibun Al Kamil yang merupakan komandannya untuk izin.
“Pak, saya ijin mau berangkat umroh. Padahal saya tidak punya uang” ujarnya haru saat itu.
“Kalau Allah sudah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin di hadapan Allah, insya Allah semua atas kehendak Allah. semoga berkah pak” ujar sang komandan memberi semangat dan motivasi.