“Alhamdulillah, akhirnya Beta bertemu juga dengan Ustadz Yusuf Mansur,” ujar Soekarjon dari Ternate dengan ekspresi bahagia. Dia salah satu walisantri yang menyesaki Kampung Qur’an 12 Juli lalu saat pendaftaran ulang santri baru angkatan 2012.
Setelah dua pekan agak sepi, hari itu Kampung Qur’an kembali riuh. Mobil mengular di sepanjang Jalan Thamrin, Ketapang, menuju areal pesantren. Pemilik kendaraan-kendaraan itu adalah walisantri yang mengantarkan anak-anaknya masuk Kampung Qur’an. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Ifan Mulfiana MM, Manager Markom sekaligus Ketua Panitia Penerimaan Santri Baru, mengungkapkan, jumlah santri baru angkatan tahun 2012 adalah 1371 orang. ‘’Jumlah itu terdiri santri mandiri dan santri beasiswa,’’ katanya. Mereka terdiri santri I’daad tingkat SD hingga SMA.
Kehadiran anggota keluarga baru Kampung Qur’an, disambut seluruh pimpinan. Tak terkecuali Ustadz Yusuf Mansur.
Ustadz Yusuf dalam taushiyahnya di masjid ba’da shalat dhuhur di hadapan jamaah walisantri menyampaikan seni dan dinamika kehidupan pesantren.
“Awal kali mesantrenin anak, Ibu-Bapak harus senantiasa berpikiran dan bersangka positif jika muncul keluhan dari diri anak. Insya Allah akan jadi anak tersebut kelak,’’ katanya.
Namun, lanjut Ustadz, jika langsung merespon pengaduan anak dengan negatif, maka tidak tahu apa jadinya.
Ustadz juga mengingatkan agar walisantri turut peduli dan terlibat dalam pendidikan karakter anak. Walisantri tidak boleh lepas tangan sama sekali terhadap pembinaan santri. ‘’Jangan jadikan pesantren itu macam ‘tempat penitipan sandal’ –meminjam istilah MH Ainun Najib. Jadi, jika anak puasa, diusahakan Ibu-Bapak juga puasa. Jika anak hidup irit, usahakan Ibu-Bapak juga irit di sini,’’ wanti-wanti Ustadz Yusuf Mansur.
Dia pun mengingatkan, mendidik anak bukan pekerjaan sulapan yang langsung kelihatan hasilnya. ‘’Kan repot, kalau usia pergaulan anak di luar pesantren sudah 12 tahun, lalu Ibu-Bapak menuntut agar dalam hitungan satu tahun anak tersebut harus langsung jadi baik, soleh, ideal. Masya Allah dah, ‘ntar kita lagi yang disalahin. Emangnya mudah membentuk karakter anak itu, Pak-Bu,” imbuh Ustadz dengan tersenyum.
Ditambahkannya lagi, untuk mempercepat pembentukan atau perubahan karakter anak yang diidamkan, orangtua harus mengawalinya dengan niat lurus dan perubahan diri. ‘’Kalau Ibu-Bapak juga berbenah diri menjadi lebih baik, maka insya Allah ruh kebaikan itu menurun ke anak,’’ katanya meyakinkan.
“Dengan demikian, ke depan insya Allah anak-anak kita alumni Daarul Qur’an ada yang memperebutkan posisi RI-2 bahkan RI-1. Harapan Saya, alumni Daarul Qur’an harus menjadi pengusaha dan penguasa. Dan apapun profesinya, di manapun berada, harus jadi imam, jadi pemimpin. Sebagaimana wasiat Qur’an: waj’alna lil muttaqiina imaamaa.”
Dalam kesempatan tersebut Ustadz Yusuf Mansur mengungkapkan, ada salah satu santri baru yang ahli mendalang dan sudah go internasional. Dia juga salah satu putra dari tokoh yang sudah tidak asing lagi di telinga. ‘’Namun saya tidak akan membeberkannya. Biar nanti anak-anak semua yang tahu,’’ ujarnya memancing penasaran jamaah.
Pada momentum akbar ini, seluruh pimpinan Yayasan dan Managemen turun tangan pasang badan di tengah hiruk pikuk lalu lintas walisantri, seperti Ustadz Ahmad Jameel, M Anwar Sani, Tarmizi, Nurdiana Dewi, dan Abdoel Rochimi. Demikian juga seluruh pimpinan unit pendidikan.
Sehari sebelumnya, tanggal 11 Juli, Ustadz Yusuf Mansur bersama Hj Siti Maemunah Mansur dan putranya, menginspeksi persiapan penyambutan dengan berkeliling Kampung Qur’an menaiki motor.
Saat menyambut kedatangan santri baru beserta keluarganya, Ustadz Yusuf pun berkendara motor bersama istri dan anak. (UR)(RH)