Akhlak Anak Cerminan Orangtua

0
197

“Pengaruh negatif banyak sekali di luar sana dan kita enggak mau mereka tercemar. Membuat anak-anak hebat.”, ujar Miss Safriyeni, The Headmaster of Daarul Qur’an Pre-school dalam sambutannya sekaligus membuka seminar parenting bertema Mendidik Anak Menuju Surga yang dilaksanakan di gedung Al-Fath pada Sabtu (8/2). Seminar parenting ini sengaja diadakan oleh Daarul Qur’an Pre-school guna mewadahi sharing bagi orangtua murid.

Dalam seminar parenting ini hadir pula Kepala Bidang TK Daarul Qur’an, Ustadz Ahmad Syamsudin yang dalam sambutannya menyampaikan kepada para orangtua yang hadir pada seminar kali ini bahwa kita sebagai orangtua bisa mendidik anak-anak agar kelak mereka tidak menjadi musuh kita di hadapan Allah.”

Ida S. Widayanti, M.Pd.I, narasumber dalam seminar parenting ini mengawali materi pagi ini dengan menyampaikan sepotong ayat dalam surat At-Taghabun yang artinya anak adalah penyejuk pandangan (perhiasan).

“Spiritualitas, akhlak, dan agama anak-anak kita adalah menjadi tanggungjawab kita sebagai orangtua.”, ujar Ida. “Begitu pula dengan pikiran dan kata-kata yang nantinya sangat berpengaruh kepada tindakan, kebiasaan, bahkan karakter, juga nasib.”

Tidak hanya dalam bentuk materi, Ida juga mengajak para orangtua murid yang hadir untuk turut ikut mempraktikkan secara langsung sejumlah tips yang disampaikannya dalam seminar ini, diantaranya bagaimana cara menggali masalah terpendam dalam diri anak, bagaimana cara menasihati anak, juga strategi dalam menumbuhkan kreativitas anak.

Para orangtua murid yang hadir turut antusias dalam mengikuti jalannya seminar hari ini. Berbagai tanggapan berupa pertanyaan terkait cara bersikap kepadaanak pun terlontar dengan harapan mendapat jawaban berupa solusi dari narasumber hari ini.

Ida menyampaikan bahwa banyak diantara orangtua yang tidak menyadari bahwa the lower is the stronger bahwa semakin rendah nada bicara kita maka semakin besar kekuatan bicara kita. Tidak harus dengan nada tinggi saat berbicara kepada anak, karena justru ketika kita berbicara dengan nada rendah anak akan menangkap apa yang kita bicarakan kepada anak.

Saat bicara kepada anak, namun diacuhkan, orangtua pada umumnya menaikkan nada bicaranya dengan tujuan anak akan mendengar apa yang dibicarakan dan langsung menuruti apa yang orangtua minta. Namun pada kenyataannya tidak seperti itu. Nada tinggi saat kita bicara kepada anak justru akan merusak mentalnya. Mindset anak terhadap orangtuanya akan berubah. Dia akan terus ingat sampai usia dewasanya bahwa orangtuanya suka bicara dengan nada tinggi.

“Pendidikan bukan ember yang harus diisi. Pendidikan adalah api yang harus dinyalakan.”, ujar Ida. “Begitu pula dengan karakter. Karakter tidak dibentuk, tapi dibangun.”, lanjut Ida menjelaskan.

Mengingat ada beragam jenis kecerdasan pada anak, maka ada beragam pula cara menangani anak. Dalam satu keluarga saja, anak pertama dan anak kedua bisa memiliki sifat yang tidak sama. Begitu pula dengan anak ketiga, keempat, dan seterusnya. Ini merupakan tantangan terbesar bagi para orangtua.

Namun, semakin besar tantangan maka semakin bertambah pula ilmu kita sebagai orangtua.

Sebuah kalimat menyatakan dibutuhkan orang sekampung untuk mendidik satu orang anak. “Ini maksudnya adalah bahwa untuk mendidik anak kita, tidak hanya menjadi tanggungjawab kita sebagai orangtuanya. Saat anak kita di sekolah, maka kewajiban mendidiknya diwakilkan oleh para guru di sekolahnya. Saat anak kita berbaur di masyarakat luar, maka kewajiban mendidiknya diwakilkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.”, papar Ida.

“Sangat perlu bagi para orangtua melakukan sharing. Sharing dengan sesama orangtua dalam menghadapi permasalahan-permasalahan pada anak.”, ujar Ida sekaligus mengakhiri seminar parenting hari ini.