Namanya Greta Thunberg. Usianya baru 16 tahun. Tapi aksinya sudah memikat dunia, bahkan membuat banyak pemimpin dunia mengerutkan dahi saat aksinya menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk turun ke jalan.
Bagi remaja asal Swedia ini perubahan iklim adalah sesuatu yang berbahaya terutama bagi masa depannya. Maka ia tidak segan dan letih untuk menghentikannya.
“Semua ini salah. Seharusnya aku tidak berada di sini. Aku harus kembali ke rumah, ke sekolah. Betapa beraninya Anda! Kalian telah mencuri masa kecil dan impianku. Dan aku adalah salah satu yang beruntung. Orang-orang di seluruh dunia menderita dan mati. Dan yang kalian bicarakan hanya soal uang dan dongeng tentang pertumbuhan ekonomi. Beraninya kalian!” Ujarnya, di acara KTT Iklim yang digelar di Markas Besar PBB, New York, AS, Senin (23/9).
Aksi Greta bermula pada 20 Agustus 2018. Berawal dari keresahannya akan segala berita tentang pemanasan global yang bisa mengancam bumi dan kelangsungan hidup manusia. Ia melakukan mogok sekolah berharap ada kawan-kawan yang mengikutinya. Tapi tidak ada teman yang bergabung. Lalu Greta mengayuh sepeda menuju gedung parlemen Swedia. Sejak itu setiap Jum’at ia duduk sendiri sambil membentangkan kertas bertuliskan skolstrejk för klimatet atau mogok sekolah untuk iklim. Sejak itu aksinya menjadi bahan perbincangan hingga mengundang jutaan remaja lainnya untuk mengikuti jejaknya.
Tidak hanya sekedar beretorika Greta membawa pesannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia lebih memilih menggunakan bus listrik ketimbang pesawat terbang yang dianggapnya menyumbang emisi gas rumah kaca.
Kini Greta terus menjadi perbincangan dunia. Bahkan namanya dinominasikan menerima Nobel Perdamaian. Lewat aksinya Greta mengajarkan kepada banyak pemuda lain di seluruh dunia bahwa anak-anak tidak selamanya tidak tahu apa-apa dibanding mereka yang tua.