Dzikir Munajat SDI Daarul Qur’an

0
260

Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an menyelenggarakan acara Dzikir Munajat yang diikuti oleh seluruh Sumber Daya Insani (SDI) Daarul Qur’an pada Ahad, 8 Maret 2020. Acara ini digawangi langsung oleh Deputi Daarul Qur’an.

Bertempat di Masjid An-Nabawi Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang, acara ini dihadiri oleh 350 SDI dari berbagai unit Daarul Qur’an, diantaranya unit pendidikan, manajemen, kerumahtanggaan, Daqu Bisnis Nusantara (DBN) dan Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an atau yang dikenal dengan singkatan PPPA.

Tepat pukul 03.00 dini hari, acara dimulai. Diawali dengan shalat tahajud berjamaah bersama Ustadz Dzikran Amnar sebagai imam, kemudian dilanjutkan dengan dzikir munajat yang dipimpin oleh KH. Saiful Bahri dan doa bersama oleh KH. Ahmad Jamil.

Tepat selepas adzan subuh berkumandang, dilaksanakan shalat subuh berjamaah dengan diimami langsung oleh KH. Yusuf Mansur. Dilanjutkan dengan sharing keislaman bersama KH. Yusuf Mansur.

“Jadikan dzikir sebagai wirid. Jadikan lisan kita basah dengan doa-doa.”, ujar KH. Yusuf Mansur. “Juga jadikan setiap hajat dan harapan kita hanya karena dan untuk Allah, sebab kita adalah milik Allah.”

KH. Yusuf Mansur mengemukakan harapannya yang begitu mendalam bahwa setiap insan yang masih menghembuskan nafasnya di dunia ini dapat menjadikan setiap putaran istighfar dan shalawatnya menjadi washilah dalam mendapatkan kasih sayang Allah.

Sharing ini menjadi sebuah jalan dalam meningkatkan level keimanan seluruh SDI yang hadir juga menumbuhkan kembali rasa semangat berkhidmat dalam jiwa SDI yang semakin menyala bak kobaran api.

Taharrak fa inna fil harakah barakah. Bergeraklah, karena sesungguhnya dalam setiap pergerakan terdapat keberkahan. Begitulah sepenggal kalimat yang selalu menemani setiap SDI Daarul Qur’an.

Di tengah sharing, KH. Yusuf Mansur mengangkat sebuah permasalahan yang sering terjadi dalam panyalahpahaman pada makna sedekah. Seperti yang sering kali beliau temui di kalangan masyarakat, orang yang menyisihkan sebagian hartanya dengan berniat sedekah,

“Tidak baik, ketika kita memberi bantuan untuk orang lain se-rutin-rutinnya. Sekali pun niatnya untuk sedekah.”, ujarnya. “Mengapa demikian ? sebab yang seperti itu bukan sedekah, namanya. Dan apa yang kita lakukan bukanlah menolongnya, tapi justru menjatuhkannya.”

Bagaimana bisa memberi bantuan kepada orang lain secara rutin, kok malah dibilang tidak baik ? “Kalau kita ngasih bantuan ke orang lain sekali atau dua kali, mungkin memang benar kalau dia layak untuk diberi, layak untuk dikasih. Tapi kalau sudah lebih dari itu, artinya kita telah merusak mentalnya.”, ujar KH. Yusuf Mansur. “Lantas, bagaimana cara kita memberikan bantuan untuk mereka ? beri mereka kerjaan. Beri mereka jalan untuk bisa bergerak. Sehingga mereka mendapatkan rezeki tidak hanya dengan semata-mata diam saja dan menunggu rezeki datang tanpa melakukan apa pun.”

Mau ngasih orang-orang makanan, kasih mereka kerjaan. Ajarkan mereka mental kemandirian. Ada sesuatu yang harus mereka lakukan. “Do something to get something. If they don’t do something, they will get nothing., ujar KH. Yusuf Mansur.

Di akhir acara SDI Daarul Qur’an memberi kejutan kepada KH. Ahmad Jamil berupa kue dan ucapan selamat milad ke 45 tahun.