Hidupkan Budaya Menulis Santri Lewat Pelatihan Jurnalistik

0
301

Tradisi menulis dalam Islam sungguh kuat. Jika kita lihat dalam sejarah semua ulama yang menjadi arsitek peradaban Islam adalah mereka para penulis ulung. Kitab-kitab mereka menjadi rujukan tidak hanya pada masanya tetapi juga hingga saat ini. Hebatnya buah karya mereka juga dibaca oleh para ilmuwan barat dan menjadikan rujukan bagi kemajuan peradaban barat saat ini.

Menulis dalam islam sejatinya suatu kewajiban setelah kita membaca. Sahabat Ali bin Abi Thalib mengungkapkan, ”Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” begitu juga dengan Imam Syafi’i yang mengatakan, “ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya, Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat, Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja”

Maka untuk menghidupkan budaya tulis para santri, Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Lampung menggelar pelatihan jurnalistik dan fotografi pda 22-23 November lalu. Diikuti oleh 10 santri terpilih, setelah sebelumnya dilakukan seleksi, kegiatan digelar selama dua hari dimana hari pertama adalah pembekalan materi lalu hari kedua praktek menulis dan fotografi dengan mengunjungi Museum Lampung dan tempat wisata Lembah Hijau.

“Selain untuk menghidupkan budaya tulis pada kalangan santri kegiatan ini juga dalam rangka menyiapkan santri dengan bekal tulis dan kemampuan fotografi di era sosial media saat ini. Agar santri saat berinteraksi di media sosial memiliki kemampuan tulisan dan visual yang baik” ujar ustad Mulyanto, pengasuh pondok pesantren tahfizh Lampung.

Kegiatan ini sendiri diasuh langsung oleh Biro Dakwah dan Media Daarul Qur’an. Ustad Hendy Irawan selaku Kabiro Dakwah dan Media mengatakan pada tahun ini setiap Pesantren Daarul Qur’an diharapkan mampu memiliki kader-kader dalam kemampuan jurnalistik dan fotografi.

“Saat ini kita menghadapi apa yang dinamakan dengan banjir informasi. Setiap detiknya tulisan-tulisan menghampiri kita lewat media sosial. Nah, kita juga harus ikut mengisi wacana-wacana tersebut agar kita tidak saja menjadi penikmat tetapi juga produsen dari ajakan-ajakan kebaikan” ujar Hendy.

Para santri sendiri mengaku senang mengikuti pelatihan ini. Mereka mengaku baru paham bagaimana membuat tulisan dan juga membidik gambar yang baik. Kedepannya mereka mengatakan agar berlatih terus agar aktivitas menulis ini dapat menjadi kebiasaan mereka.

[vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1511576779230-c8a8d651-2596-3″ include=”15633,15634,15635″]