Horee Libur

0
170

 

Setelah enam bulan menimba ilmu di Kampung Quran, para santri I’daad Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran akhirnya bisa menikmati masa liburan sekolah selama 2 pekan. Beragam rencana mengisi liburan pun dibuat.

Canon Hidayatullah (15), santri I’daad kelas 1 SMA ini sudah tidak sabar ingin segera mudik Ponorogo. Orang tua Canon tidak menjemputnya di Kampung Quran. Untuk sampai ke Ponorogo, Canon akan diantara pamannya. Pakaian pun sudah rapih dikemasnya.

“Rencana lburan mau dirumah saja, paling silaturahmi ke rumah saudara. Enggak kemana-mana karena takut nanti hafalan qurannya malah hilang,” kata Canon.

Rencana yang sama juga diungkapkan Muhammad Nouval (12). Tidak seperti teman-temannya, rumah Noval cukup dekat, dibilangan Bekasi, Jakarta Timur. Selama satu semester tinggal di Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran, Nouval sudah hafal juz ke-30.  Hafalan ini tampaknya akan menjadi kado untuk mama – papa di rumah nanti. 

Pada hari terakhir sekolah, orang tua Nizamuddin (13) datang ke kampung quran untuk menjemput putra bungsu mereka. Nizam akan pulang ke Lampung. Menurut Ibunda Nizam, belum ada agenda khusus untuk mengisi liburan sekolah Nizam.

Sayang, tidak semua santri I’daad menikmati waktu liburan mereka dengan pulang kampung. Fahmi Aziz (12), santri asal Kalimantan Timur itu, memilih tetap tinggal di Kampung Quran. Selama 6 bulan menjadi santri I’daad, Fahmi sudah mengantongi hafalan 2 juz. Untuk mengusir jenuh, rencananya Fahmi akan berkunjung ke rumah temannya di Jakarta. Para santri yang tinggal di wilayah Jakarta, rencananya akan berkumpul dan jalan-jalan bersama ke Monas (Monumen Nasional).

Selain Fahmi, Faisal Fablis (12) juga termasuk santri I’daad yang memutuskan tidak pulang kampung. Bersama ke-19 orang teman-temannya yang memutuskan tetap tinggal di Kampung Quran, Fahmi akan menghabiskan masa liburan mereka dengan memperdalam pelajaran belajar bahasa Arab. 

“Bosan sama kegiatan rumah, paling tidur nonton TV, makan. Lagi pula, ibu baru saja menjenguk,” kata Faisal, dengan logat Madura yang kental.

Menurut Faisal, ada beragam alasan santri memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan di Kampung Quran. Alasan mulai dari malu karena baru saja di botak, salah tiket sampai jarak rumah orang tua yang terlalu jauh, misalnya Papua.

Namun, Agung Prasojo (12), yang baru saja di botak mengaku akan tetap mudik meski dengan kepala plontos. Agung dibotak karena kedapatan terlambat salat.

“Saya sudah mengabari ibu lewat telepon kalau saya dibotak, jadi pas tiba di rumah nanti, ibu tidak kaget lagi. Orang rumah tahu, kalau santri yang dibotak itu karena telah melakukan pelanggaran, tetapi saya enggak malu untuk pulang walau rambut saya sudah dipapas habis oleh Ustad Irvan,” kata Agung sambil cengengesan.         

Â