Ibu: “Kalau kamu nanti kuliahnya jauh, ibu khawatir, nak.”

0
43

Sekitar dua pekan lalu, saya dapat informasi pembukaan pendaftaran kuliah di Turki. Waktu itu saya mau daftar. Tapi saya ngobrol dulu sama orangtua saya. Saya sampaikan niat saya untuk daftar kuliah di Turki.

Tapi ternyata orangtua saya kurang setuju kalau saya kuliah disana.

Ibu saya bilang, “Kalau kamu nanti kuliahnya jauh, ibu khawatir, nak.”

Mendengar kalimat penolakan dari ibu, di kepala saya timbul banyak pertanyaan. Salah satunya, kenapa orangtua saya enggak mengizinkan saya kuliah di Turki.

“Kalau kamu harus kuliah di negara orang, itu artinya kamu harus tinggal di negara orang yang kamu sendiri enggak kenal siapa-siapa disana. Ibu bisa titipin kamu ke siapa untuk terus menjaga kamu ?”, ujar ibu menjelaskan alasan apa yang membuatnya menolak impian saya untuk kuliah di Turki.

Ini alasan yang mayoritas orangtua sampaikan ketika mendengar anaknya punya keinginan besar untuk sekolah jauh dari rumah. Tapi dengan Ibu menolak impian saya, saya semakin tergugah untuk terus berusaha gimana caranya supaya Ibu akhirnya bisa mengizinkan saya. Kebanyakan anak-anak seusia saya kan kalau impiannya udah ditolak gini, apalagi ditolak sama orangtua sendiri tuh rasanya jadi down dan tidak mau lagi melanjutkan mimpinya. Tapi tidak dengan saya.

Seketika itu saya teringat sebuah kalimat di dalam bukunya Kak Wirda yang sempat saya pinjam dari teman saya. Kak wirda bilang bahwa untuk mencapai mimpi, kita enggak boleh gampang putus asa alias gampang menyerah. Saat itu saya berpikir, sekarang kan masih kelas 9, berarti masih ada waktu sekitar 3 tahun kedepan untuk terus berusaha menggapai mimpi kuliah di Turki.

Yang ada di pikiran saya waktu itu adalah berusaha meyakinkan orangtua saya, khususnya ibu. Gimana caranya biar ibu enggak khawatir. Sekarang ini saya sedang berusaha memperbaiki diri, berusaha meyakinkan ibu biar ibu bisa mengizinkan saya kuliah di negara orang tanpa khawatir.

Ada satu kutipan di bukunya Kak Wirda yang selalu saya ingat, Kak Wirda nulis di bukunya, “Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.” Dan Kak Wirda juga menyampaikan bahwa untuk mencapai mimpi, pasti ada proses yang harus dilalui.

Kalau Kak Wirda berhasil melalui proses itu, kenapa saya enggak ?

Pernah suatu hari saya nonton channel Youtubenya Kak Wirda. Waktu itu, kontennya ngebahas tentang impian. Wah, pas banget, kan. Jadi makin termotivasi buat ngerealisasiin ini. Bismillah, usaha aja dulu, nanti Allah yang cariin jalannya.