Jelajah Kelas 12 di Tanah Priangan

0
38

Tanggal 6-8 Februari 2019 lalu, seluruh santri kelas 12 Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, mengadakan field trip ke Tanah Pariangan atau yang lebih diurnal dengan Kota Bandung. Tujuan perjalanan kami ke sana selain untuk refreshing sejenak dari penuhnya aktivitas di pondok juga utuk melaksanakan studi ke beberapa kampus yang tersebar di Kota Bandung.

Kami berangkat pukul Rabu dinihari tepatnya pukul 02.00 WIB, untuk menghindari macetnya tol Cikampek. Satu persatu santri mulai memasuki bis serta merapihkan barang bawaan mereka ke dalam bagasi bus. Setelah semuanya siap kami langsung meluncur dengan tidak lupa sebelumnya memanjatkan doa agar perjalanan ini mendapat keberkahan.

Tepat waktu subuh kami sampai di salah satu rest area di jalan Tol Cipularang. Rombongan pun bergantian shalat subuh mengingat mushola yang kecil. Setelah shalat kami pun langsung berganti seragam untuk selanjutnya menuju kampus Institut Teknologi Bandung yang terletak di kawasan Jatinangor. Tepat pukul 07.00 bis kami memasuki kawasan kampus ITB. Kedatangan kami sudah disambut oleh Bapak Fransiskus selaku bagian humas, kesekretariatan dan administrasi kepegawaian. Selanjutnya kami diajak untuk menuju aula yang cukup besar.

Acara dimulai dengan pemutarapn video dokumenter yang mengisahkan profil kampus ITB Jatinangor. Dari video tersebut, diketahui Kampus ITB Jatinangor berdiri di lahan seluas 29 Hektar dan didirikan pada tanggal 31 Desember 2010. Pada awalnya, di atas tanah  tersebut telah berdiri sebuah bangunan milik kampus UNWIM atau Universitas Winaya Mukti yang sudah tidak dipakai lagi. Karena tempat
tersebut memiliki hawa dan suasana yang rindang dan asri, maka tanah tersebut sempat di perebutkan oleh berbagai Instansi Pendidikan. Sebut saja UNPAD, ITB, dan beberapa kampus lainnya. Namun, Pemprov Jabar lebih memilih ITB sebagai pengelola sementara dari lahan tersebut.
Pemprov Jabar melakukan perjanjian dengan kampus tersebut dengan durasi 30 Tahun. Namun, pihak ITB mencoba mengubah status sementara tersebut menjadi permananen. Dan usaha mereka membuahkan hasil. Pada tanggal 29 Agustus 2016, Pemprov Jabar yang bekerja sama dengan
Kementrian riset, Teknologi dan pendidikan tinggi menghibahkan tanah tersebut secara menyeluruh kepada kampus ITB.

Setelah mengikuti acara semianar selama kurang lebih 2 Jam, kami pun berangkat menuju tujuan kami selanjutnya. Yakni kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Kami tiba di lokasi pada pukul 13.00 WIB. Kami sempat berkeliling sebentar sebelum akhirnya kami melaksanakan sholat dzuhur berjamaah dan makan siang bersama. Dengan kondisi yang masih dibalut oleh air wudhu dan perut kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju Teater Mini kampus untuk kembali mendengarkan seminar dari salah satu rektor di Universitas tersebut. Seperti biasa, kami mendengarkan kembali sejarah tentang bagaimana berdirinya kampus tersebut. Dari penjelasan yang kami dapatkan, kampus tersebut berdiri pada tanggal 20 Oktober 1954 dengan nama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru. Tujuan dibangunnya kampus tersebut adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Negara Indonesia yang saat itu
baru saja merdeka.

Pada tahun 1958, Universitas ini membangun sebuah “peranakan” dengan nama Universitas Padajajaran (Unpad) yang masih berdiri sampai saat ini. Seiring dengan berdirinya kampus Unpad tersebut, kampus tersebut pun diintegrasikan menjadi fakultas utama dari Unpad dengan nama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Perubahan yang terjadi pada kampus tersebut belum berakhir. Pada tahun 1963, fakultas tersebut (UPI) meleburkan diri dan mengubah namanya
menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung. Dan akhirnya, pada tanggal 07 Oktober 1999 Institut tersebut merubah namanya menjadi Universitas Pendidikan Indonesia seperti yang kita kenal sekarang ini.

Di Kampus UPI ini kami mendapat kejutan saat ada tiga mahasiswa senior tiba-tiba maju ke depan, dan ternyata mereka semua adalah kakak kelas kami alias alumni pondok pesantren tahfizh Daqu. Ketiganya pun memberikan motivasi kepada kami untuk tidak ragu bermimpi melanjutkan kuliah di perguruan tingga manapun. Muhammad Abid, satu dari tiga alumni tersebut berpesan untuk tidak meninggalkan Alquran meski nanti sudah keluar dari pesantren.

ITB Selesai, UPI Selesai. Maka, tujuan terakhir kami adalah mengunjungi “rumah” salah satu “saudara” kami, yakni Pesantren Daarut Tauhid asuhan KH Abullah Gymnastiar atau yang kerap dipanggil Aa Gym. Lokasi pesantren tidak jauh dari kampus UPI. Kami cukup berjalan kaki selama 5 menit. Kami
kembali menuju aula pesantren tersebut untuk mendengarkan seminar sekaligus bersilaturahim dengan saudara kami. Di Pesantren tersebut, kami mendapatkan berbagai macam ilmu. Seperti menejemem qolbu, pentingnya kebersihan, dan yang paling kami rasakan adalah ilmu tentang kedisiplinan. Kami sempat di perintah untuk meluruskan barisan, duduk dengan posisi siap, dan masih banyak lagi. Menurut sang narasumber, mungkin hal tersebut terlihat sepele. Namun, hal sepele tersebut sebenarnya bisa bernilai sebuah kebaikan yang besar di mata Allah SWT.

Selesai mengunjungi “rumah saudara” kami, kami pun kembali menaiki bis kami untuk berangkat menuju hotel tempat kami menginap, untuk beristirahat

Ditulis oleh: Arif M. Alkhan, Kelas 12 IPS A