Kedatangan Ayahanda Yusuf Mansur pada menjadi kejutan bagi santri Pesantren Tahfizh Takhasus Putri Daarul Qur’an, Cikarang, Senin (31/8). Momen ini pun disambut haru oleh para santri dan juga para pengasuh yang menyambut dengan sholawat badriah.
Pesantren Takhasus merupakan pesantren bebas biaya setingkat SMU yang diinisiasi oleh Daarul Qur’an bagi masyarakat dhuafa. Pembiayaan pesantren ini berasal dari donasi sekaligus uang sekolah para santri reguler.
“Insya Allah kalian akan tersebar di seluruh dunia “ nasihat ayah pertama kali ketika sampai. Seperti biasanya ayah memberikan motivasi agar santriwati senatiasa bersemangat dalam meghafalkan Al-Qur’an.
“Semua yang kita mau adalah milik Allah, semua kampus, semua universitas, apapun yang ada di langit apa pun yang ada di bumi , apa pun isinya adalah milik Allah, karena milik Allah jadi semuanya gampang, ada yang lebih gampang lagi kalau kita jadi keluarganya Allah” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut ayah mengisahkan ada seorang sahabat yang bertanya pada Rasulullah saw, “wahai rasul bukan nya Allah itun Wahdaniyah ( berdiri sendiri)?” lalu rasul menjawab “Keluarga Allah yang di maksud adalah ahlul Quran, para penghafal sekaligus penjaga Al-Quran. Kalau udah jadi keluarganya Allah gampang , tinggal dateng tinggal minta.“
Beliau pun melanjutkan, “Sayangnya ga semua mau dateng, ga semua mau minta , ga semua bisa dateng, ga semua bisa minta, ga semua bisa di kasih dateng ga semua di kasih minta , berarti di tolak, naudzubillahimindzalik.”
Beliau juga mengisahkan bahwa banyak orang di luar sana yang cuma menghafalkan 4 surat , melihara 4 surat, ngafalin 4 surat, tapi banyak sukses jadi enterprenuer, dan lain-lain.
“Lalu bagaimana dengan anak-anak ayah yang 24 jam bersama Al-Quran? kalian ga cuma dateng ke Allah tapi kalian juga bercakap-cakap dengan Allah setiap hari? Dahsyat pasti dampaknya“ ujar beliau.
Dalam kesempatan tersebut ayah berpesan agar santriwati tidak hanya menghafalkan Al-Qur’an melainkan juga mempelajari tafsirnya, mentadabburi ayat ayat-Nya, soal paham sama engganya maksud dari ayatnya yang penting dibaca dulu tafsirnya, dengan begitu kita berasa sedang bercakap-cakal dengan Allah swt.
Lalu beliau menceritakan pengalaman bertemu dengan ahli sejarah Profesor Ahmad Mansyur Suryanegara yang kini berusia 90 tahun. Dari ceritanya Prof Mansur hanya mengamalkan surah Yasin yang selalu dibaca setelah isya hingga beliau tertidur. Dengan itu saja Prof Mansur, meski sudah udzur usianya, masih mampu membeli pelajaran kepada para pemuda.
Di penghujung acara, Ayah meminta para santri untuk mendoakan mimpi beliau menjadi Presiden Republik Indonesia mendatang. Beliau mengatakan jika mimpinya tersebut tercapai maka setiap pagi akan menyapa warga Indonesia dan mengingatkan sebelum beraktivitas untuk membaca Al-Quran terlebih dahulu, sholat duha. Lalu nanti menjelang dzuhur beliau akan kembali mengingatkan warga Indonesia untuk bersiap sholat. Begitu juga seusai sholat Ashar akan mengingatkan masyarakat untuk membaca Al-Waqiah.
“Dan itu semuanya nanti Insya Allah, Ayah yang mimpin langsung. Keren kan tuh jika presiden yang mimpin langsung warganya untuk sholat dan membaca Al-Qur’an” ujarnya yang diamini langsung oleh para santri.