Membentuk Karakter Sejak Dini

0
272

Oleh : Lalan Sholahuddin, S.Ag

 

Membentuk anak yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan keputusan moral yang harus ditindak lanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.

Pemahaman yang baik merupakan titik awal yang harus dikenalkan sehingga anak tahu apa, mengapa dan manfaat apa yang akan dilakukan (Moral Knowing). Dilanjutkan dengan membangun kecintaan berprilaku baik yang akan menjadi sumber energi untuk berprilaku baik (moral feeling). Ketika sudah terbangun kecintaan maka yang harus dilakukan adalah mengulang ulang prilaku baik tersebut sehingga menjadi moral behavior.

Beberapa hal cara yang dapat membentuk karakter anak diantaranya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini merupakan cara mudah dalam membentuk karakter anak. Berikut tahapan dalam proses pembentukan karakter anak :

1. Pengenalan
Pengenalan merupakan tahap pertama dalam proses pembentukan karakter. Untuk seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar dan membentuk kepribadiannya sejak kecil. Pemahaman
Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak mengenal dan melihat orang tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul lima, selalu sarapan setiap pagi, berangkat ke sekolah atau kerja tepat waktu, pulang sekolah atau kerja tepat waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang tepat dan sebagainya, maka anak akan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa kita harus melakukan semuanya dengan baik dan tepat waktu?” Setelah anak bertanya mengenai kebiasaan orang tuanya, kemudian orang tuanya menjelaskan, “Apabila kita melakukan sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kita menghargai waktu yang kita miliki, kita akan diberi kepercayaan oleh orang lain, dapat diandalkan, dan tidak akan mengecewakan orang lain.

2. Penerapan
Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak akan mencoba menerapkan dan mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Pada awalnya anak hanya sekedar melaksanakan dan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak belum menyadari dan memahami bentuk karakter apa yang ia terapkan.

3. Pengulangan/Pembiasaan
Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap ia lakukan, maka secara tidak langsung si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan yang diajarkan oleh orang tuanya. Setelah setiap hari dia melakukan hal tersebut hal itu akan menjadi kebiasaan yang sudah biasa ia lakukan bahkan sampai besar nanti. Pembiasaan ini juga harus diimbangi dengan konsistensi kebiasaan orang tua. Apabila orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan pembiasaan, maka anak juga akan melakukannya dengan setengah-setengah. Apabila anak sudah tebiasa, maka hal apapun jika tidak ia lakukan dengan tepat waktu maka dalam hatinya ia akan merasakan kegelisahan.

4. Pembudayaan
Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini akan membudaya menjadi karakter.

5. Internalisasi
Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi untuk melakukan respon adalah dari dalam hati nurani. Karakter ini akan semakin kuat apabila didukung oleh suatu ideology atau believe.

Mudah mudahan dengan tahapan ini bisa lebih mudah membentuk karakter anak. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang.