‘’Walau suami petani biasa dan saya guru honorer, saya ingin anak saya nyantri di Daarul Qur’an. Maka, saya jual sehektar tanah saya untuk biaya pesantren. Alhamdulillah anak saya dididik dengan baik oleh para Asaatidz Daqu.’’
Demikian pengakuan Ny Masitoh, tatkala didaulat naik panggung dalam Wisuda Tahfiz Nasional (WTN) di Pesantren Tahfiz Daarul Qur’an di Desa Ketapang, Kec Cipondoh, Kab Tangerang, Banten, Sabtu (4/6).
Perempuan dari Kabupaten Mesuji, Lampung, itu ibunda dari Fachri Chumaidi yang sudah hafal 15 juz.
Biar lebih mantap agar anaknya bisa menjadi penghafal Qur’an, Ny Masitoh mengajak Junaidi suaminya serta anaknya untuk langsung menemui Ustaz Yusuf Mansur.
Dari ujung utara Provinsi Lampung, mereka bertiga naik motor ke Ketapang. Berangkat ba’da shubuh dari Mesuji, hingga tiba di rumah kakak Masitoh di Balaraja, Tangerang, pukul sembilan malam. Setelah beristirahat, keesokan paginya mereka menuju ke rumah Ustaz Yusuf.
Bersua Ustaz, Ny Masitoh menyampaikan, ia sudah menjual 1 hektar tanah dan honor rapelan tiga bulan untuk biaya nyantri anaknya. ‘’Tapi sekarang belum lunas,’’ ungkapnya.
‘’Ya sudah, insya Allah semua akan saya selesaikan,’’ jawab Ustaz Yusuf demi menyimak perjuangan Ny Masitoh.
Di luar dugaan, ibu itu menolak. ‘’Nggak usah, Ustaz, biar dari hasil jerih payah saya sendiri yang akan menyelesaikannya,” ujar Ny Masitoh mantap.
Bukan itu saja yang membuat Ustaz Yusuf kagum. Ny Masitoh juga pantas menjadi inspirasi bagi masyarakat. Di tengah kesederhanaan hidupnya, ia juga menyelenggarakan rumah tahfizh.
Rumah Tahfizh Al Islam yang dikelolanya kini memiliki 185 santri dengan guru 11 orang.
Awalnya, para guru dan santri sekadar belajar membaca Qur’an. ‘’Ingin membuka program tahfizh Qur’an tapi belum ada guru yang hafal,’’ terang Ny Masitoh.
Ia tak patah semangat. Dicarinya seorang hafizhah di Mesuji untuk menerima setoran dan mengoreksi bacaan para guru dan santri.
Secara berkala, Ny Masitoh dan para guru serta puluhan santri patungan masing-masing Rp 10.000 untuk menyewa beberapa mobil pick up. Dengan menumpang mobil inilah mereka mendatangi rumah ustazhah setiap Sabtu dan Ahad untuk muroja’ah.
‘’Alhamdulillah, saat ini dari 186 santri Rumah Tahfizh Al Islam, yang sudah mulai menghafal 40 anak. Hafalan mereka 3 juz hingga 4 juz,’’ tutur Ny Masitoh sambil mohon do’a bagi kelancarannya.
‘’Untuk menghadiri WTN ini, Ibu naik motor?’’ tanya Ustaz Yusuf.
‘’Tidak, alhamdulillah digratiskan sama Daqu Lampung untuk menumpang bus rombongan,’’ jawabnya.
‘’Motornya ke mana?’’ kejar UYM.
Sambil nyengir si ibu menjawab, ‘’Alhamdulillah motornya rusak.’’
Ny Masitoh menuturkan, 2 pekan lalu mendapat musibah. Saat sedang dalam perjalanan silaturahmi ke saudara, dompet suaminya hilang di jalan. Termasuk di dalamnya SIM dan STNK motor tua mereka. ‘’Akhirnya motor juga rusak.’’
Mendengar kisah itu, spontan Ustaz Yusuf berkata pada Hj Siti Maemunah istrinya, ‘’Mamah, di rumah ‘kan ada motor mio yah? Nah, bawa tuh pulang ke Mesuji. Beneran saya rido, karena motor itu motor istri saya, hehehe,’’ kata Ustaz disambut tawa hadirin.
‘’Alhamdulillah,’’ jawab Ny Masitoh penuh haru.
Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.