Mengasah Pemikiran Lewat Karya Tulis Ilmiah

0
287

Hari pertama kegiatan MHQN dan Daqu Competition, Jum’at (1/11), diisi oleh berbagai cabang lomba. Cuaca Cikarang yang diguyur hujan lebat tidak membuat semangat para peserta surut. Antusias penonton dan kompetisi antar peserta sangat terasa di lokasi-lokasi lomba yang bertempat di dalam lingkungan Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang.

Pada Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP dan SMA, ada 5 pemakalah tingkat SMP dan 4 pemakalah tingkat SMA yang memaparkan hasil penelitiannya di hadapan dewan juri. Dewan juri yang bertugas untuk mereview dan mendalami Karya Tulis Ilmiah ini adalah kabid Kemitraan Biro Fullday Daarul Qur’an, Ustadz DR. Mahfudz Fauzi, M.Pd, dan Ketua Markaz Pesantren Daarul Qur’an, Ustadz Bisri Hasan, MA.


Berbagai pertanyaan dewan juri diberikan kepada pemakalah. Salah satu yang menjadi trending topic adalah “apa definisi kata millenial?”. Pertanyaan ini ditanggapi oleh pemakalah dengan berbagai jawaban. Ada yang menjawab berdasarkan pendapat ilmuwan serta ada yang menjawab berdasar pemahaman pribadi. “Millenial adalah generasi saat ini” ungkap salah seorang pemakalah. Dewan juri pun menanggapi kembali, “Berarti jika seseorang lahir kemarin, apakah tidak disebut millenial? Atau seseorang yang lahir besok apakah juga bukan millenial?”

Ada juga diskusi yang menarik mengenai topik Islamisasi ilmu pengetahuan. Seorang pemakalah menyampaikan bahwa seluruh teori ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh tokoh-tokoh terdahulu sudah lebih dulu di ungkap oleh Alquran 1400 tahun yang lalu. Pernyataan ini pun kembali mendapat pertanyaan dari dewan juri. “Bagaimana jika teori ilmu pengetahuan ini, dikemudian hari runtuh karena ditemukan adanya teori baru? Apakah juga berarti Alquran yang sudah menguatkan teori pengetahuan lama juga ikut runtuh?”.

Di balik pertanyaan-pertanyaan dewan juri banyak muncul pujian serta ketakjuban mereka ketika melihat pemakalah memaparkan hasil penelitiannya. Ada pemakalah yang mendapat pujian, “Anda memang cocok untuk menjadi presenter acara televisi”. Ungkapan tersebut tidak berlebihan, mengingat pemakalah ini menyampaikan presentasi dengan kalimat yang jelas, lugas dan gaya bahasa serta gestur badan yang mendukung. “Anda memang cocok sebagai mubaligh”. Kalimat tersebut juga menjadi salah satu komentar dewan juri ketika melihat pemakalah mampu hafal dalam menyampaikan hasil penelitian tanpa menggunakan power point dilengkapi dengan ayat-ayat Alqurannya.

Kemudian Karya Tulis Ilmiah ini juga berhasil memunculkan beberapa kaidah baru yang jika ditindaklanjuti akan menjadi suatu karya yang sangat menarik, misalnya:
1. Semakin fokus seseorang, maka akan semakin kuat hafalannya
2. Dimana pun seseorang berada, maka kewajiban beribadah masih tetap dapat dilakukan
3. Tubuh manusia jauh lebih canggih daripada kecanggihan komputer
4. Alquran akan menjadi solusi dari seluruh permasalahan saat ini dan dikemudian hari

Semoga pada pelaksanaan Daqu Competition berikutnya makin banyak santri yang melakukan penelitian dan bisa dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan di Daarul Qur’an maupun bangsa Indonesia.

Ditulis oleh: Kontributor DQC, rzqabutsabit