Muhammad Egata Asysyakur menjadi alumni Daarul Qur’an pertama yang merasakan kuliah di salah satu kampus favorit di Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Tentu bukan hal yang mudah untuk bisa menjadi mahasiwa di universitas tersebut, terlebih lagi sebagai santri yang harus mengikuti kegiatan pembelajaran 24 jam di pesantren. Belum lagi di tambah ujian-ujian lainnya seperti ujian lisan, ujian pondok, ujian nasional dan ujian tahfidz yang pasti akan sangat menguras pikiran dan tenaga.
Namun usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, tepatnya ketika program dauroh untuk menyelesaikan 30 juz selama 1 bulan dilaksanakan. Bermodalkan buku SBMPTN yang dia beli di satu toko buku, Egata selalu meluangkan waktu untuk belajar dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian SBMPTN. Jadi terkadang dalam sehari ketika sudah sampe target 1 hari 1 juz, Egata selalu meluangkan waktunya di malam hari untuk belajar bersama teman bahkan lebih sering hanya seorang diri.
Bagi mantan bagian Bahasa dan Penerangan angkatan ke 5 di OSDAQU, Hanya kata lelah yang menghentikan tekad kerasnya dalam belajar. Beberapa bulan kemudian dibukalah pendaftaran SBMPTN, ternyata ujian Egata tidak hanya melawan kata lelah dalam belajar. Akan tetapi dia harus merelakan untuk tidak bergabung dengan teman-temannya yang melaksanakan program pendadaran di daerah pangandaran. Karena mengikuti tes ujian SBMPTN.
Alhamdulillah disaat pengumuman Egata dinyatakan lulus dan diterima menjadi mahasiswa UGM jurusan Sastra Arab angkatan 2015. “Yang deg-degan itu bukan waktu ujian, melainkan ketika menunggu hasil ujiannya lulus apa tidak” ucap Egata. Selain tekad belajar yang kuat Egata selalu menjalankan Daqu Method. Baginya Daqu Method adalah teman sejatinya yang mengiringi waktu-waktu menunggu pengumuman hasil ujian. Pesan Egata untuk para alumni dan adik-adik kelas yaitu selalu berbuat baik terhadap siapaapun dan jalankanlah Daqu Method.
Kuliah Sambil Usaha
Egata kini duduk di semester 8. Ia pernah menjadi ketua himpunan, Panitia pengarah di acara bertingkat nasional dan juga magang di Kementerian Luar Negeri. Selain itu ia juga penerima beasiswa bisnis mandiri syariah lewat usaha Gosis (Goedang Sosis).
Gosis merupakan usaha yang dibangun sendiri oleh Egata. Awalnya ia menjual sosis bakar dengan aneka rasa tersebut ke teman-teman terdekatnya. Jika ke kampus ia tidak hanya membawa buku pelajaran tapi juga Gosis pesanan rekan-rekannya.
Di UGM Egata pernah menjadi ketua himpunan, SC di acara tingkat nasional, Magang di KEMENLU dan menjadi penerima beasiswa bisnis mandiri syariah dengan usaha GOSIS (Goedang Sosis). Bagi Anda yang berada di sekitar Yogyakarta dan penasaran dengan sosis produksi Egata, bisa langsung order dengan mengunjungi akun instagram @goedangsosis.id
Ditulis oleh: Rifqi Akbari, Wakil Ikadaqu