Pentingnya Adab dan Akhlak Seorang Santri, Pesan KH Fahmi Amrullah Hadziq

0
80

Pimpinan Pesantren Tebuireng Putri, Jombang, Jawa Timur, cucu dari Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari, KH Fahmi Amrullah Hadziq atau yang akrab disapa Gus Fahmi berkunjung ke rumah KH Yusuf Mansur dan Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang pada Sabtu sore (17/08).

Beliau berkunjung ke rumah Kyai Yusuf untuk bersilahturami. Usai berbincang, Gus Fahmi beranjak menuju Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang dan ditemani pula oleh Kyai Yusuf.

Agendap pertama Gus Fahmi di pondok yakni berziarah ke makam Syaikh Ali Jaber serta kedua orang tua Kyai Yusuf di lokasi makam keluarga. Setelah itu, barulah beliau menyapa para santri yang menyambut dengan penampilan hadroh. 

Pada agenda ini, Gus Fahmi memimpin pembacaan Dzikir Istighosah. Beliau juga mengisi kajian kitab Ta’lim wal Muta’allim. 

Acara ini dihadiri pula oleh para Pimpinan Daarul Qur’an. KH Ahmad Jamil selaku Pimpinan Direktorat Pendidikan serta Ustadz Tarmizi Ashidiq selaku Pimpinan Direktorat Ekonomi.

Kitab Ta’lim wal Muta’allim berisi tentang nilai-nilai adab yang seharusnya dimiliki oleh semua orang yang menuntut ilmu.

Dalam kajian ini, Gus Fahmi membahas tentang bab 2 dari kitab tersebut, yakni Adab Seorang Santri Terhadap Dirinya Sendiri.

Beliau menjelaskan, adab tersebut yang pertama ialah seorang santri hendaknya membersihkan hati dari segala hal yang bisa mengotorinya, seperti dendam ataupun dengki. 

“Jikalau menyelesaikan masalah seperti itu saja tidak bisa, bagaimana nanti kedepannya saat dihadapkan dengan masalah yang lebih besar?” tukas Gus Fahmi.

Selanjutnya, seorang santri hendaknya memiliki niat yang lurus agar mendapat ridha dari Allah SWT. Cara mendapatkan ridha-Nya bukan hanya dari belajar, “Ya, untuk seorang santri tidak hanya cukup akal saja, tetapi santri juga harus berkhidmat pada gurunya,” jelas Gus Fahmi.

“Ilmu memanglah mahal, namun berkah itu lebih mahal dari pada ilmu,” beliau melanjutkan.

Yang ketiga yakni hendaknya kita semua menuntut ilmu di masa-masa muda. Karena di masa inilah waktu ideal menerapkan ilmu yang kita pelajari. 

Selain itu, jangan sampai tertipu dengan tipuan menunda-nunda dan berangan-angan. Semuanya butuh usaha dan istiqomah untuk memperoleh hasil yang optimal.

Terakhir, seorang santri harus qona’ah (menerima keadaan/legowo) dengan apapun yang ada di pesantren. Baik fasilitasnya, makanannya, dan hal-hal lain. 

“Karena yang terpenting di pesantren itu adalah adab dan akhlak kita. Ilmu itu mudah untuk dicari, namun berkah itu susah untuk dicari,” tutup beliau dalam kajian tersebut.

Kepada para santri, Gus Fahmi juga mengungkapkan bahwa mereka merupakan calon-calon pemimpin di masa depan. Pemimpin yang dimuliakan rakyatnya. Pemimpin yang berlimu dan cerdas lagi beradab. Berawal dari pondok ini, para santri ditempa menjadi pemimpin demikian.

Penulis: Ihsan Fadhil, Santri Pesantren Daqu Tangerang, Kelas 11