Ramaikan Merti Dusun, Santri Pesantren Daqu Semarang Suguhkan Kesenian Hadroh, Silat dan Senam

0
316

Masyarakat Dusun Suruhan Desa Keji Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang bersuka cita menyambut tradisi merti dusun.

Warga dari berbagai usia tumpah ruah di jalan-jalan kampung setempat untuk mengarak tumpeng berukuran besar menuju sebuah tempat di wilayah dusun itu, Senin 26 September 2022.

Semua masyarakat dari RT 1 hingga 4 menampilkan kreativitasnya. Mulai dari industri, pertanian, dan usaha-usaha lain ditampilkan termasuk budaya dan kesenian.

Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Semarang yang lokasinya juga terletak di Dusun Suruhan turut memeriahkan acara ini. Satu pleton santri berbaur dengan masyarakat. Sebuah tumpeng ikut dipersembahkan para santri untuk gelaran ini.

Para santri ikut berkumpul di lapangan sanggar budaya Dusun Suruhan sebelum arak-arakan dimulai. Stelan rapih ala adat jawa lengkap dengan blangkonnya menandakan antusiasme para santri.

Dalam acara ini, para santri memainkan alat musik hadroh dengan membawakan berbagai tembang penuh semangat. Kelihaian para pendekar silat dan atlit senam ritmik santri Pesantren Daqu Semarang turut membuat kagum masyarakat di sepanjang jalur arak-arakan.

Meski sehari sebelumnya para santri berlelah-lelah usai menggelar acara Daqu Show di pesantren, kondisi tersebut tak menghalangi keceriaan yang mereka tampilkan. Satu per satu nots nada masing-masing alat musit diketuk hingga mengeluarkan dendang yang menghanyutkan.

Kepala Dusun Suruhan, Anang Yudianto mengatakan, rangkaian tradisi merti dusun di Suruhan diawali resik-resik kali, arak-arakan, lalu dilanjutkan pagelaran wayang kulit.

“Tujuan kegiatan ini selain sebagai hiburan warga juga nguri-uri budaya dan adat istiadat di dusun Suruhan. Tak kalah penting dengan kegiatan ini bisa memupuk persatuan, dan tali silaturahmi sesama warga,” katanya.

Pembina Desa Wisata Jateng Yosiadi Bambang Singgih, yang juga tokoh budaya Dusun Suruhan mengapresiasi apa yang dilakukan warga dalam menyambut merti dusun ini.

”Tradisi ini sudah turun termurun sejak nenek moyang sehingga perlu dilestarikan termasuk menarik wisata,” kata pria yang akrab disapa Bang Yos ini. Ia pun berharap generasi selanjutnya tidak melupakan tradisi ini.

Sementara itu, perwakilan Pesantren Daqu Semarang yang mendampingi para santri, Ustadz Agus Mustolih mengatakan, dengan mengikuti acara masyarakat, banyak manfaat yang diperoleh pesantren dan para santri.

“Selain untuk syiar Daqu di lingkungan umum, juga menambah hubungan sosial antara pesantren dengan warga yang lebih terbuka dan menyatu dengan warga sekitar,” terangnya.