Sudah menjadi maklum, banyak mahasiswa belajar di negeri para Nabi ini. Lebih dari 30.000 pelajar selain Mesir, dari 100 negara di seluruh dunia setiap tahun belajar di universitas yang terkenal dengan sistem wakafnya.
Kali ini Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang dikunjungi oleh Ketua Perwakilan Al-Azhar untuk Indonesia, Syeikh Dr. Muhammed Ahusainy Farroj Sayyid Ahmad.
Dalam sambutannya sebelum Materi dari Syeikh, Ustadz Saiful Bahri menekankan lagi kepada santri tentang syarat kesempurnaan ilmu menurut Abdullah Ibnu Mubarok:
- Niat
- Mendengar
- Memahami
- Menghafalkan
- Mengamalkan
- Menyebarkan
Syeikh Dr Muhammad Alhusainy yang sudah tinggal di Indonesia lebih dari 2 tahun ini mengawali tausiahnya dengan bahasa Indonesia. “Saya mencintai kalian karena Allah”. Mendoakan semoga semua mendapat kebaikan.
“Kedatangan kami dari negeri jauh adalah karena cinta, cinta kepada sesama muslim cinta kepada segenap pengurus Daarul Qur’an, terkhusus Syeikh Yusuf Mansur. Adalah tanda iman, cinta kita kepada Allah SWT adalah tanda Iman”.
Ketika kita bicara Al-Azhar Asyarif maka kita sedang membahas kenikmatan yang besar. Dari kenikmatan itu maka muncullah khidmat, khidmat untuk seluruh masyarakat dalam berbagai bentuk, khidmat ekonomi, khidmat pendidikan, khidmat perdamaian, khidmat ilmu, khidmat agama.
Negeri yang jika kita sampai disana, kita tidak pernah merasa aneh, tapi justru merasa berada dirumah sendiri, bertemu dengan teman-teman sendiri.
Al-Azhar adalah kampus tertua di dunia, umurnya 1070 tahun. Al-Azhar punya lebih dari sepuluh ribu ma’had dan menaungi lebih dari seratus ribu murid, seluruhnya gratis.
Tahun lalu 280 pelajar Indonesia ada di sana. Tahun ini Daarul Qur’an ikut megirimkan wakilnya. Adalah lima orang asatidz yang terpilih untuk belajar di Al-Azhar yang di training selama 2 bulan.
Pengetahuan dan informasi tentang Al-Azhar haruslah disampaikan secara merata, dan bukan mengakomodir nilai-nilai negatif tentang Mesir atau Al-Azhar. Karena al-Azhar sudah membuktikan peran dan fungsinya, baik secara kelembagaan, para alumninya, ataupun kiprah sosialnya memiliki value perubahan pada peradaban dunia. Bukan hanya pada dunia islam saja, tapi untuk dunia dan semua aspeknya. Sehingga istilah “Al-Azhar Syamsul Islam” bisa menjadi terwujud.
Al-Azhar adalah Mataharinya dunia.
Mesir adalah kiblat.
Di akhir sesi, syeikh yang juga pengajar di Institut Ilmu Alquran Jakarta ini, ikut mendoakan kelangsungan Institut Daarul Qur’an agar terus berkembang di kemudian hari.
Oleh: Ustadz Hendy Irawan Saleh, Kepala Biro Kominfo Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an