Serba-Serbi Santri

0
21

 

Baru dua hari menginjak masa liburan para santri I’daad Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran, ponsel Dewan Pembina PPPA Daarul Quran, Yusuf Mansyur, sudah kebanjiran sms dan pesan BBM (BlackBerry Messenger). Pesan yang masuk, sebagian besar dari orang tua santri yang kagum atas kemajuan putra-putrinya setelah satu semester mondok di Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran.

Diantara orang tua santri yang mengirim pesan ungkapan syukur adalah Muhammad Rojiun. Putrinya, Rizma Istiazkiah (12), yang sejak September 2011 lalu tinggal di Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran, menunjukkan perubahan sikap yang berbeda.

“Pah, pah, pah. Suara anak saya membangunkan shalat. Saya pun bangun, dia lalu bertanya, Pah mau puasa? Dia nampak sudah shalat beberapa rakaat. Anak saya sepertinya balas dendam karena dulu saya yang suka membangunkannya untuk shalat malam. Sekarang, dia yang membangunkan saya. ALHAMDULLILAH  YA ROBB,” tulis Rojiun dalam pesan singkatnya kepada Ustad Yusuf Mansyur.

Sebagai orang tua, Rojiun gembira tiada terkira saat melihat perubahan sikap Rizma. Sekarang, Rizma lebih aktif dalam hal salat dan mengaji. Padahal sewaktu SD dulu, Rizma kurang menjaga salat dan jadual mengajinya. Aktifitas menonton TV pun sekarang berkurang banyak.

Kebahagiannya sama, juga dirasakan Nelly Amelia, orang tua Fariz Nazhari (12). Kebiasaan Fariz selama setengah tahun menjadi santri I’daad di Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran, terbawa sampai ke rumah. Bacaan quran Fariz sekarang jauh lebih merdu dan indah, salatnya pun sekarang tepat waktu.

Yang membuat Nelly tak henti mengucap syukur, Fariz yang dulu hanya mengerjakan salat wajib saja, sekarang rutin mengerjakan salat sunah. Meskipun masakan Nelly menggugah selera, tapi puasa sunnah yang dijalani Fariz tidak goyah. Puasanya tetap jalan.

Sikap Fariz dalam memperlakukan komputer dan  TV juga sudah jauh berbeda. Hiburan TV di rumah yang hidup hampir sehari penuh, tak digubris oleh Fariz. Pun demikian dengan komputer. Meski sedang libur sekolah, Fariz terus asyik memperbaiki dan menambah hafalan qurannya yang sekarang masuk surat Al-Baqarah.

“Mohon doanya untuk para santri Daqu dan santri-santri lain di seluruh tanah air dari berbagai pesantren … Agar menjadi pemimpin agama, bangsa dan pemimpin dunia yg saleh – salehah.  Alhamdulillah ya Allah, saya merasa bangga dan terharu. Anak saya saat ini sedang liburan dari pondok pesantren DAQU.  Dirumah, dia sudah bisa menjadi imam saat shalat berjamaah dengan bacaan yang diajarkan di pesantren. Perasaan bahagia ini teramat sulit diungkapkan. Syukur atas karunia yang Allah berikan,” bunyi pesan singkat Nelly kepada Ustad Yusuf Mansyur.

Ungkapan kegembiraan dan rasa takjub, bukan hanya dirasakan orang tua santri, melainkan sejumlah donatur, termasuk diantaranya Faizin (35). Faizin sedang punya hajat, maka jauh hari sebelum masa liburan tiba, Faizin sudah menghubungi Ustad Solehuddin, salah satu guru tahfiz di Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran. Niatnya, Faizin ingin mengumrohkan sejumlah santri Daarul Quran, namun mengingat keterbatasan dana, maka diganti dengan mengongkosi para santri mudik.   

“Kemarin sore, saya mengantar 9 santri I’daad dari Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran yang hendak pulang liburan sekolah ke Semarang. Sedari awal, jumlah santri yang mau mudik bareng ke Semarang hanya 7 orang. Mendadak, saat hari keberangkatan, jumlah santri yang mau mudik ada 9 orang. Saya bingung mencari tambahan 2 tiket lagi. TANPA DIKOMANDANI, MEREKA MEMBACA SHALAWAT. Subhanalloh, setelah saya bertemu petugas kereta api, ternyata masih ada sisa tempat untuk dua. Padahal, di depan loket ada ratusan orang penumpang tidak bisa pulang karena tidak mendapatkan tiket. Buat para ustad di Daarul Quran terima kasih sudah mengajarkan shalawat untuk para santri dan mendawamkannya sehabis shalat,” pesan BBM yang dikirim Faizin kepada Yusuf Mansyur.