Setelah Asap Berlalu

0
172

Di luar kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya, bencana kabut asap tahun ini menggila. Baik rentang waktunya, luasan areal terdampak, maupun korban paparannya.

Sebagian wilayah Pulau Sumatera, Kalimantan, bahkan Singapura dan Malaysia, dibekapnya. Ribuan warga di sana jadi korban. Mobilitas kehidupan sehari-hari terganggu, ratusan ribu orang sesak nafas, hingga sejumlah bayi meninggal dunia lantaran terpapar asap.

Rakyat yang semakin sesak nafas menjerit, agar kabut asap pergi sesegera mungkin atau ‘’asap’’ (as soon as possible).

Pepatah mengatakan, tak ada asap kalau tak ada api. Tak ada api kalau tak ada kebakaran dan pembakaran.

Banyak orang terfokus pada pembakaran sebagai penyebab bencana asap. Baik pembakaran hutan untuk dijadikan lahan kelapa sawit, atau pembakaran semak gunung untuk membuat perapian yang tak dipadamkan tuntas. Betul, pembakaran hutan yang melampaui batas adalah kejahatan yang harus dihukum. Tetapi, kita juga harus merenungi kenapa terjadi kebakaran.

Merujuk pada penjelasan Syaich Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, bencana atau musibah bukanlah disebabkan oleh gejala alam itu sendiri. Dalam risalahnya yang berjudul Idhohul Maqol Fi Asbabi Zilzal war Roddu ’Ala Malahidah Dzulal, beliau menyatakan, keyakinan bahwa penyebab gempa bumi hanya sekadar faktor alam semata sangat bertentangan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits, dan ini merupakan pemikiran yang menyimpang” (hal 42).

Kebakaran disebabkan musim kering panjang. Musim kering berkepanjangan adalah dampak El Nino. Nah, pertanyaannya, siapa yang menciptakan dan mengatur fenomena El Nino?

Kebakaran meluas karena tiupan angin kencang. Pertanyaannya, siapa yang membuat angin kencang, dan siapa yang menentukan arah angin itu?

Allah! Jawabannya.
Itulah makanya jika Kanjeng Nabi Muhammad SAW dilanda sedih dan galau, beliau langsung sholat, sebelum melakukan hal-hal lain. Pun Khalifah Umar bin Khattab ra, ketika bencana melanda Madinah, maka yang pertama kali beliau serukan adalah ajakan bertaubat. ‘’Apa dosa yang telah kalian perbuat yang mengundang bencana ini?’’ gugatnya.

Sebagaimana setiap kejadian dalam kehidupan, bencana demi bencana itu pun tak lepas dari pengetahuan, kuasa, dan kehendak-Nya. Allah Swt menegaskan, ‘’Tiada satu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu kecuali telah tercatat dalam Kitab Lauh al-Mahfuz, sebelum Kami menciptakannya’’ (Qs. 57: 22-23).

Pakar tafsir Quraish Shihab menjelaskan, bila Allah Swt menggunakan kata ganti ‘’Kami’’ untuk menyebut diri-Nya, berarti ada partisipasi manusia dalam kasus tersebut. Ulah manusia ini disebut Allah Swt dalam Al Quran Surah as Syura ayat 31: “Dan apa yang menimpa kamu dari musibah, maka disebabkan ulah tanganmu….”.

Ketika Sayyidina Ali ra menanyakan tafsir ayat ini, Rasulullah saw menjelaskan, ‘’Musibah yang menimpamu, baik berupa sakit, hukuman, atau bencana di dunia ini, tak lain disebabkan ulah perbuatanmu sendiri!’’

Hal itu dipertegas dalam firman-Nya: ‘’Telah gamblang kerusakan di darat dan laut lantaran perbuatan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali [ke jalan yang benar]’’ (Qs Ar-Ruum: 41).

Berterima kasih kita kepada kaum muslimin yang berdo’a, yang melaksanakan istighatsah, yang menunaikan sholat istisqa’, yang mengajak dan melakukan pertaubatan, sehingga hujan mulai turun dan asap mulai menghilang.

[arabic-font]وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ[/arabic-font]

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan’’ (QS Al Huud: 117).

Selanjutnya, kita harus move on menuju kehidupan yang lebih religius. Asap ini hilang bukan sekadar lantaran siraman air atau hujan. Tapi karena kehendak Allah. Karena itu, yuk hentikan dosa kolektif seperti korupsi berjamaah dan penjarahan hutan.

Yuk banyakin doa. Banyakin bangun malam. Banyakin syukur. Banyakin prihatin dan banyakin untuk bikin orang lain senang. Karena itu semua merupakan cara mengundang rahmat Allah.

 

[arabic-font]

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [/arabic-font]

Walau anna ahlal quroo aamanuu wat taqou lafatahnaa ‘alaihim barokaatim minas samaa’i wal ardhi….
‘’Jikalau sekiranya negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…’’ (QS Al A’raaf : 96).