Silaturrahmi UNIDA ke Tahfizh Camp Malang

0
286

Dibawah bimbingan Ustadz H. Arif Trisnani, LC. MA, sebanyak 66 Mahasiswi semester 2 dari Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Jawa Timur berkunjung ke Tahfizh Camp Daarul Qur’an Malang, Jawa Timur, Kamis (9/1). Kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka bersilaturahmi dan berbagi pengetahuan tentang menghafal Al-Qur’an.

Ustadz Trisnani menegaskan bahwa kedatangan mahasiswi UNIDA ini tidak lain untuk memperdalam studi tahfizh mereka. “Di UNIDA sekarang ada program tahfizh untuk seluruh mahasiswa. Bahkan dibeberapa jurusan, kami menyediakan mata kuliah tahfzh, yang mana setiap semester akan diujikan juga, sama seperti mata kuliah lainnya.”, ujar Ustadz Trisnani menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya bersama para mahasiswi kali ini.

Maka, silaturrahmi kali ini diisi dengan sharing session seputar metode menghafal Al-Qur’an.

Ustadz M. Nazli memulai paparannya dengan menjelaskan bahwa hal terpenting dalam menghafal Al-Qur’an bukan hanya metode dalam mencapai target menghafalnya saja, tapi justru yang terpenting adalah bagaimana cara menjaga hafalan tersebut.

“Metode tahfizh itu banyak, masing-masing kalian pasti punya, dan diantara semua metode tersebut, metode yang paling dibutuhkan adalah tikrar atau pengulangan. Karena menghafal Qur’an bukan hanya untuk menghafal hingga hafal saja, tapi juga mempertahankan hafalan itu dan mengulangnya kembali. Buktinya, hafalan baru walaupun sudah dimuraja’ah tetap bisa hilang. Dan untuk mengembalikannya biasanya lebih sulit.“, papar Ustadz M. Nazli.

Ustadz. M. Nazli menyampaikan bahwa mengulang hafalan Al-Qur’an merupakan PR seumur hidup bagi para penghafal Al-Qur’an. Tidak ada hafalan yang akan tetap melekat dalam ingatan tanpa diulang-ulang. Itulah sebab mengapa metode mengulang hafalan Al-Qur’an menjadi sesuatu yang lebih penting dari pada metode menghafalnya itu sendiri.

“Tidak hanya itu, sebelum menghafal kita harus lancar dulu tilawahnya.”, ujar Ustadzah Musfiroh yang juga turut hadir dalam sharing session bersama mahasiswi UNIDA kali ini.

“Di Daarul Qur’an ada metode pra-tahfizh. Mirip Iqra’, Qira’ati, atau sejenisnya. Kalau di Daqu, namanya Kaidah Daqu, disusun oleh para asatidz Daqu. Belajarnya per-level dan ada tes pada setiap levelnya. Kalau gak lulus tesnya yaa gak bisa lanjut.”, ujar Ustadzah Musfiroh melanjutkan.

Ustadzah Musfiroh ikut memaparkan bahwa ada metode pra-tahfizh yang harus dilaksanakan sebelum memulai hafalan Al-Qur’an, yakni membetulkan bacaan Al-Qur’an terlebih dahulu. Mulai dari makhraj hingga hukum bacaan yang kita kenal dengan sebutan tajwid.

Para mahasiswi UNIDA begitu antusias mengikuti sharing session seputar tahfizh ini. Ternyata ada hal-hal yang perlu disiapkan sebelum menghafal dan ada pula hal-hal yang perlu dijaga setelah menghafal. “Al-Qur’an ini kalam Allah, maka keasliannya harus betul-betul dijaga. Bahkan dari harakat juga huruf-hurufnya.”, ujar Ustadz M. Nazli mengakhiri sharing session bersama mahasiswi UNIDA pada Kamis, (9/1).