“Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China”, kalimat itu membekas di hati Rizqi Putra yang mengobarkan semangatnya untuk melanjutkan studi di negeri China. Terlebih selama enam tahun di pondok pesantren ia selalu diberikan semangat untuk menimba ilmu sejauh mungkin bahkan jika perlu berangkat ke negeri China.
Rizqi merupakan alumni angkatan ke 8, Sejak 2012 menimba ilmu di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an hingga dinyatakan lulus tahun 2018. Setelah lulus dari pesantren Rizqi ingin menimba ilmu di mengikuti seminar dan seleksi kuliah ke negeri China. Alhamdulillah Rizqi diterima dan dinyatakan lulus mengambil jurusan kedokteran di Chengdu University Of TCM. Ia punya niat mulia untuk menolong orang banyak dengan pilihan studinya tersebut.
Berangkat ke negeri China yang secara kultur dan budaya berbeda dengan lingkungan pesantren, membuat Rizqi harus pandai mengatur waktu. Terlebih orangtua berpesan untuk tetap menjaga hafalan dan tidak melupakan ibadah selama di negeri orang. Alhamdulillah di pesantren Rizqi terbiasa untuk membagi waktu antara sekolah formal dan tahfizh Qur’an. Kebiasaan ini membuat Rizqi mudah membagi waktu menjaga hafalan dan studinya.
“Jujur, menjaga hafalan di negeri minoritas muslim amatlah sulit, selain harus melawan hawa nafsu dan malas, lingkungan yang kurang mendukung juga menjadi hambatan dalam mengulang dan menghafalkan Alquran” ujarnya melalui pesan singkat.
Tapi besarnya balasan bagi penghafal Alquran memaksa Rizqi untuk menjaga konsistensi menjaga hafalannya. Ia pun berusaha untuk mengulang hafalan dimanapun ada waktu dan tempat yang mendukung.
“Kadang kalau ada waktu kosong biasanya murojaah di kamar dan di kelas, intinya dahulukan mengahafal Alquran bukan luangkan waktu dalam menghafalkan Alquran” ujar Rizqi
Ketekunan Rizqi menjaga hafalan Alquran mejadi inspirasi bagi sesama mahasiswa muslim Indonesia di China. Ia tidak sungkan berbagi metode menghafal Alquran. Perlahan ia juga mengenalkan budaya islam, budaya Indonesia dan budaya Daarul Qur’an. Kebiasaannya membaca Alquran sempat mengundang keheranan orang-orang di China, meski mereka menikmati dari setiap lantunan Alquran yang dibacakan Rizqi.
“Bahkan ada waktu sebelum pulang ke Indonesia ada non muslim asal Thailand yang bilang senang mendengar bacaan seorang muslim di tempat umum”
Lulus dari pesantren dan kuliah di China tidak membuat Rizqi lupa dengan pesan orangtua. Maka itu pada 2018 lalu ia kembali ke Indonesia untuk mengikuti Wisuda Tahfizh Nasional, ajang wisuda bagi para santri Daarul Qur’an, Ia ikut wisuda untuk kategori 30 juz. Alasan utama Rizqi tetap ingin mengikuti WTN adalah ingin membuat orangtua bangga dan ingin membuktikan bahwa di negara manapun kita bisa tetap menjaga hafalan Alquran.
Kepada adik-adik dan teman-teman alumni Rizqi berpesan “Tetap semangat menghafalkan Alquran, jangan pernah berhenti bermimpi untuk dapat menghafalkan Alquran 30 juz, karena kita tidak tahu, kapan mimpi itu akan terwujud” pesannya.
Ditulis oleh, Rifqi Akbari, Alumni Daqu