Oleh Ustadz Hendy Irawan Saleh, S. Th.I
Libur tlah tiba, dan kebiasaan itu kembali terulang saat anak pertama kami tiba dari belajar di Pesantren selama satu semester. Waktu yang selalu kami tunggu ketika dia bercerita dengan semangat apa saja yang dilaluinya selama di pondok.
Mulai dari penampilan kakak-kakak kelas saat pensi (pentas seni) yang penuh dengan keindahan. Full musik tapi tetap berjiwa spiritual, adegan tendangan saat sparing taekwondo diatas panggung, hingga atraksi permainan double stik dan lompat jauh melewati lima atau enam orang kawannya yang berposisi ruku’.
Atau saat dia dengan fasih menuturkan hari dan tanggal satu persatu siapa saja tamu yang datang ke Pondok. Ada kyai fulan. Ada menteri fulan, ada pengusaha fulan, bahkan ada penulis fulan.
Bahagia sekali rasanya. Sepuluh hari libur tengah semester digunakan putra kami dengan murojaah sebagai kewajiban atas hafalan Al-Qur’an. Lalu diantara murojaah setiap hari dia sisipin kisah-kisah membanggakan dari pesantrennya.
Ada beberapa hal sebenarnya yang membuat santri bangga atas pesantrennya yang mungkin tidak dia dapatkan di pendidikan formal non boarding.
1. Kyai nya, santri bangga bisa belajar langsung dari kyai nya . Memperdalam ilmu agama. Belajar berorganisasi. Hingga praktek pendidikan akhlaq (moral) yang sudah mulai memprihatinkan saat ini.
2. Gedung-gedung dan fasilitas belajar.
Untuk para murid yang datang dari pedalaman ke kota ataupun sebaliknya dari kota ke pesantren di daerah. Gedung-gedung pesantren yang bertingkat serta fasilitas didalamnya sering dijadikan bahan cerita ketika berlibur.
3. Tamu-tamu yang datang ke Pesantren.
Setiap hari dan tanggal tidak luput dari ingatan anak kami. Misal hari Jumat tanggal 16 Februari ada Menteri fulan datang ke Pondok. Tanggal lain dan hari lain ada Penulis buku memberikan seminar berburu beasiswa. Hari yang lain ada syeikh dari Damaskus melawat para santri dan mendoakan pembangunan masjid. Bangga betul menjadj santri.
4. Kegiatan dan prestasinya.
” Ayah, kalo soal pramuka jangan ditanya dech yah. Tahun ini aja kita juara umum lomba pramuka penggalang tingkat propinsi”. Apalagi marching band. Negeri sakura udah kita sambangin yah, Alhamdulillah.
5. Kawan-kawan dan keunikannya.
Cerita kawan-kawan yang berlainan suku bisa jadi episode tersendiri. Ada yang sangat royal suka mentraktir kawan-kawan yang lain. Ada juga yang hemat. Menyimpan persediaan makanan kiriman orang tuanya untuk dia saja. Hingga kadang-kadang maaf jadi busuk. Ada yang setia kawan. Ada juga yang sedikit membully tapi jadi motivasi.
Kebanggaan menjadi santri selalu asyik untuk diberitakan. Selain menambah wawasan. Balajar dipesantren seperti menjalani kehidupan masyarakat kecil.
المعهد مجتمع صغير.
Pesantren adalah Kelompok Masyarakat Kecil.