Kontingen pramuka putra dan putri pesantren tahfizh Daarul Qur’an yang mengikuti acara Harleem Jamborette di Belanda beberapa waktu lalu ditutup dengan shalat Idul Adha di Masjid Al-Hikmah, Den Haag, Belanda, Ahad (11/8).
Shalat Idul Adha pastinya bukan sesuatu yang baru bagi para santri, tetapi melaksanakannya di negeri orang dan di masjid yang di kelola masyarakat Indonesia ini menjadi sebuah pengalaman berharga. Perjalanan ke masjid tersebut butuh waktu 30 menit dari kota Roterdam tempat kami menginap. Shalat direncanakan digelar pukul 09.00 waktu setempat sementara kami sudah tiba sejak pukul 08.00, adapun perbedaan waktu antara Belanda dan Indonesia selisih 5 jam dimana Indonesia lebih awal.
Saat kami datang suasana masjid masih lowong, kami disambut oleh beberapa jamaah yang telah tiba dan menanyakan dari mana serta dalam rangka apa ke Belanda. Setelah itu para santri berwudhu dan masuk ke ruangan shalat, untuk santri putra langsung ke lantai atas sementara santri putri melaksanakan shalat di lantai bawah.
Kami langsung ikut bertakbir dengan DKM shalat untuk mengisi waktu hingga shalat Idul Adha dimulai. Satu persatu jamaah mulai berdatangan, dari wajahnya tidak hanya dari Indonesia tetapi juga ada jamaah dari Afrika dan Timur Tengah. Tidak terasa jelang pukul 09.00 masjid sudah dipenuhi jamaah dan DKM mulai memberikan informasi akan pelaksanaan shalat. Informasi diberikan dalam dua bahasa, Indonesia dan Belanda.
Bertindak sebagai khatib adalah KH. Ahmad Naf’an Sulchan. Beliau dikenal sebagai tokoh agama oleh masyarakat Indonesia. Inti khutbah yang disampaikan adalah untuk tetap menjaga keimanan dan ketaatan kepada Allah swt. Uniknya khutbah di masjid ini dilaksanakan dengan dua bahasa, jadi setelah cerama dengan bahasa Indonesia selesai dilanjutkan dengan khutbah menggunakan bahasa Belanda.
Selayaknya di Indonesia setelah shalat ied selesai para jamaah beramah tamah dengan saling bersalam-salaman. Setelah itu dan ini menjadi kejutan bagi para santri, semua jamaah dihidangkan soto daging. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengecap kembali citarasa khas Indonesia. Sebagai peneman makan, hiburan berupa hadroh yang dibawakan masyarakat Indonesia di sana menghibur kami di hari raya ini.
Suasana yang penuh kehangatan ini pun dirasakan oleh Dudi, santri kelas 12, yang mengatakan shalat ied di negeri Belanda menjadi sebuah pengalaman baru baginya. Sedangkan ustad Dicky Permana Putra, pembina Pramuka Daarul Qur’an, bersyukur kontingen Jambore Daqu dapat menjalankan shalat ied di masjid Al-Hikmah dan disambut oleh DKM dengan kehangatan.
Sambil menyantap soto kami menyempatkan berbincang dengan KH. Naf’an terkait keberadaan masjid Al-Hikmah. Naf’an menuturkan awalnya masjid yang terletak di jalan Medlerstraat dan berdiri di atas tanah seluas 2000 meter persegi ini adalah bangunan gereja immanuel yang dibeli oleh Probosutedjo, pengusaha Indonesia, untuk selanjutnya dialih fungsikan sebagai masjid. Alih fungsi gereja sebagai masjid juga disambut warga sekitar ketimbang bangunan tersebut beralih fungsi menjadi tempat hiburan.
Masjid ini sekarang menjadi pusat kegiatan Islam bagi masyarakat muslim Indonesia di Den Haag. Tidak hanya sebagai tempat shalat, masjid juga digunakan sebagai tempat pengajian bagi kaum bapak dan ibu.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=oO2BEC2N_pk[/embedyt]