Berkah dan Syukur

0
158

Oleh: Tarmizi As Shidiq

“Wahai Khalifah!’’ seru ulama sufi Syaqiq Al Balkhi kepada Khalifah Harun Ar Rasyid, pemimpin Daulah Abbasiah. ‘’Sekiranya Anda sedang terbakar panas mentari di tengah padang pasir nan luas dan kehabisan bekal air minum, lalu tiba-tiba datang seseorang menawarkan segelas
air, berapakah Anda sanggup membayar untuk air itu?”

Tanpa pikir panjang Khalifah Harun menjawab, “Berapa saja yang dia hendaki, aku akan membayarnya!”

“Jika orang itu meminta separuh dari kerajaanmu, bagaimana?”

“Aku akan penuhi permintaannya itu.”

“Baiklah,’’ kata Al Balkhi, ‘’sekarang Khalifah telah selamat dari mati kehausan dengan segelas air. Nah, seandainya air yang Khalifah minum itu tidak bisa dikeluarkan dari tubuh Anda (sebagai air seni), lalu datang seorang yang sanggup mengobati Anda, apakah Anda sanggup menebusnya dengan separuh kerajaanmu yang masih ada?”

Tanpa ragu Khalifah menjawab, “Tentu saja!’’

Al Balkhi tersenyum. Lalu katanya, “Nah, jadi sekarang Khalifah
tahu, nilai jabatan Anda tidak lebih dari seteguk air.’’

Hikmah dari kisah di atas, jangan sepelekan nikmat Allah SWT betapapun sederhana tampaknya, seperti segelas air putih. Kita sering mengalami, betapa nikmatnya mereguk segelas air putih saat adzan maghrib di Bulan Ramadhan. Setelah minum disertai makan tiga butir kurma, rasanya semua hidangan pembuka puasa yang tersaji bagai tiada arti lagi.

Maka, kita harus selalu bersyukur, dan tidak boleh ingkar (kufur) nikmat. Rasulullah SAW menyampaikan, ‘’Sekiranya kenikmatan dunia masih ada nilanya di sisi Allah seberat sayap nyamuk, Allah tidak akan memberi minum orang kafir meskipun seteguk air” (HR At-Tirmidzi).

Kata syukur ([arabic-font span=”yes”]شُكُوْر[/arabic-font]) di dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 75 kali tersebar di dalam berbagai ayat dan surat di dalam Alquran. Kata syukuran ([arabic-font span=”yes”]شُكُوْرًا[/arabic-font]) sendiri disebutkan dua kali, yakni pada Surah Al-Furqan (25): 62 dan Surah Al-Insan (76): 9.

Kata syukuran ([arabic-font span=”yes”]شُكُوْرًا[/arabic-font]) yang pertama digunakan ketika Allah SWT menggambarkan bahwa Allah yang telah menciptakan malam dan siang silih berganti. Fenomena alam itu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran dan ingin bersyukur atas nikmat Allah.

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir berpendapat bahwa Allah Yang Maha Suci menjadikan malam dan siang silih berganti dan kejar-mengejar, yang kesemuanya itu adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang hedaknya direnungkan dan diperhatikan oleh orang-orang yang ingat kepada-Nya atau yang hendak bersyukur kepada-Nya.

Kata syukuran ([arabic-font span=”yes”]شُكُوْرًا[/arabic-font]) kedua yang terdapat di dalam Surah Al-Insan (76): 9 digunakan oleh Alquran ketika Allah menggambarkan pernyataan orang-orang yang berbuat kebajikan serta telah memberi makan kepada orang-orang fakir dan miskin yang tiada lain yang mereka harapkan kecuali keridaan Allah SWT; dan mereka tidak akan pernah mengharapkan balasan serta ucapan terimakasih dari yang menerimanya.

Salam @Tarmizi_As