Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Dunia) menggelar konferensi internasional di Mekkah pada 27-29 Mei 2019. Pertemuan yang diikuti oleh ratusan cendekiawan muslim dari berbagai negara ini menitikberatkan isu radikalisme dan Islam sebagai moderat. Isu ini dianggap penting di tengah paham radikalisme yang menyasar umat Islam.
Sebagaimana dilaporkan oleh ustadz Ahmad Jamel, ketua Daarul Qur’an, yang hadir dalam konferensi tersebut, paham radikal yang banyak menyasar umat muslim menjadi keresahan dari para ulama besar. Paham ini bagi mereka sangat merugikan nilai dan perjuangan islam itu sendiri yang ingin menjadi rahmat bagi semesta alam.
Dalam sambutannya Raja Salman Bin Abdul Aziz Assaud menyatakan Kerajaan Saudi Arabia berkomitmen pada pelaksanaan Islam moderat yang diusung oleh agama islam yang hanif (lembut) dan berkontribusi pada penyebarannya. Menurutnya manhaj moderat mampu berperan sebagai pelindung negara dalam memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan, serta menjadi ketahanan nasional terhadap pengaruh asing.
Dengan tegas beliau mengatakan agama adalah peraturan yang menjadi solusi, bukan sekedar wacana ide dan bukan kepemilikan mutlak seseorang.
“Islam tidak membenarkan segala macam bentuk ekstrimisme kekerasan dan terorisme, dan kepada seluruh elemen masyarakat menyadari hal tersebut dan bersama merealisasikan nilai-nilai keadilan dan modernisasi” ujarnya.
Selain paham radikalisme ia juga menghimbau umat islam untuk menghentikan segala macam bentuk rasisme dan ujaran kebencian serta lebih mengedepankan hikmah dan pengetahuan.
Sementara itu Ramzan Kadyrov, Presiden Republik Checnya yang juga hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan, saat ini Republik Cechnya berusaha untuk melawan radikalisme dan menghidupkan semangat moderatisme di masyarakat. Ia juga bersyukur hingga saat ini masyarakat Cechnya dapat menikmati kebebasan memilih agama yang diyakini juga mendapat pengakuan untuk hak-hak sosial dan kemanusiaan.
“Kami mendukung apa yang dilakukan Arab Saudi untuk menghentikan pertikaian, perselisihan, dan segala hal yang dapat memicu perpecahan dan permusuhan. Hari ini kita butuh untuk saling bekerjasama, dan bahu membahu” ujarnya.
Adapun Syaikh Dr. Mohammad bin Abdul Karim Al-Isa selaku Sekjen Liga Muslim Dunia menyatakan, meski tema moderatisme sudah banyak dibahas namun tema ini harus terus selalu digaungkan. Ia berharap para ulama dan cendekiawan muslim menghadirkan tulisan-tulisan untuk melawan paham radikal.
“Terorisme tidak berdiri di atas kekuatan militer, namun di atas ideologi radikal. Ideologi ini memanfaatkan rasa keberagamaan yang kuat” ujarnya.
Ia pun mengatakan teks agama yang dipahami masyarakat sudah melalui tahapan pemahaman yang mana jika ada kesalahan dalam memahami teks tersebut akan menjadi masalah yang besar.
Silaturahim
Hadir dalam konferensi yang diikuti ratusan cendekiawan muslim ini merupakan keberkahan tersendiri bagi Daarul Qur’an. Kesempatan ini pun dijadikan sebagai ajang silaturahmi dengan para ulama dunia serta kesempatan untuk mengenalkan Daarul Qur’an di mata internasional.
“Alhamdulillah dalam kesempatan ini kita mendapat ijin dari Dr. Aiman Suwaid untuk menerjemahkan, mencetak dan menjual buku tajwid Al Mushowwar (tajwid bergambar) selain itu kita juga akan menjalin kerjasama dengan universitas Islam Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam” ujarnya.