Selasa, 23 April 2019, santri Daarul Qur’an Ketapang, Tangerang dikejutkan dengan berdirinya panggung di depan lapangan futsal. Ada acara apa? tanya banyak santri. Semakin sore pertanyaan semakin banyak seiring alat-alat musik dinaikkan di atas panggung.
Saat tanya belum terjawab, santri dikejutkan lagi dengan arahan untuk bersama ke lapangan futsal setelah melaksanakan shalat isya. Santri pun makin bertanya saat melihat Kyai Yusuf Mansur yang didampingi oleh ustaz Ahmad Jamil dan ustaz Anwar Sani mendekati panggung yang kini telah berdiri dengan indah.
Tapi perhatian santri banyak tertuju kepada seorang pria berbaju putih yang mengenakan ikat kepala khas sunda, “siapa tamu tersebut?” ujar seorang santri. Rasa penasaran santri teralihkan dengan penampilan grup musik yang menyanyikan lagu-lagu Islami. Santri pun ikut bernyanyi saat lagu Deen As-salam dilantunkan.
Selesai beberapa lagu dinyanyikan, ustaz Kupmin selaku MC mengambil alih acara. Akhirnya tanya santri terjawab setelah beliau mengenalkan tamu yang datang ke pondok malam itu. Beliau adalah Dedi Mulyadi, mantan Walikota Purwakarta dua periode. Malam ini beliau akan bicara dihadapan santri dalam acara Renungan Kebangsaan dengan tema “Siapa Kita?”
Sepertinya biasanya jika ada tamu-tamu akan disambut dengan penampilan para santri. Malam itu Dedi Mulyadi disambut dengan penampilan rampak bedug, marching band, puisi dan pencak silat. Beberapa kali senyum puas terpancar di wajah Dedi Mulyadi mengagumi penampilan para santri.
Setelah penampilan para santri, Dedi Mulyadi pun mulai berdiri. Ia mengawali dengan sebuah lagu jawa berjudul “Kidung Wahyu”. Lagu ini menurut beliau peninggalan Wali Songo yang memiliki inti bahwa empat hal dikendalikan oleh satu kekuatan. Empat hal tesebut yakni pendengaran, penglihatan, ucapan dan perasaan adapun satu yang mengendalikan yaitu kekuatan hati.
“Inilah pentingnya agama yang akan menopang sekaligus menjaga kehidupan” ujarnya.
Menurut beliau pentingnya agama bagi bangsa Indonesia tercermin dalam pancasila di mana sila pertama berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Jadi, sebelum kita beranjak ke sila lainnya kita harus memastikan bahwa semua itu kehendak dari Allah swt”
Sambil berdialog dengan para santri, Dedi menjelaskan bila kemanusiaan tanpa ketuhanan, persatuan tanpa yakin ketuhanan, kerakyatan tanpa dasar ketuhanan dan keadilan tanpa kpatokan hukum pada ketuhanan seperti sesuatu yang ada namun tidak memiliki tujuan apa-apa. Tidak bisa apa-apa.
“Bila keyakinan pada Allah telah kuat, maka tidak akan ada lagi saling membenci, saling berselisih sesama umat manusia karena kuatnya keyakinan pada Allah. Indonesia bukan hanya luas wilayah dan penduduk yang banyak. Tapi kekayaannya juga sangat banyak. Jika nilai ketuhanan telah tertanam kuat maka kita akan menjadi kekayaan ini dan mengolahnya untuk kebermanfaatan umat manusia” ujarrnya.
Tidak terasa malam semakin larut dan jam menunjukkan pukul 22.00 wib. Acara pun diakhiri dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri yang dilanjutkan dengan do’a oleh Ayah Yusuf Mansur. Setelah bersalaman santri pun bubar untuk menuju asrama masing-masing.
Ditulis oleh: Syahda Aqila Syakir, Kelas 10 IPA D