Era media sosial menghadirkan banjir informasi. Sebagaimana banjir, yang dibawa tidak hanya air tapi juga sampah dan barang tidak berguna lainnya, maka di era banjir informasi ini juga terbawa informasi palsu yang kita kenal dengan hoax. Jika tidak cermat memilih maka kita akan termakan sekaligus membantu menyebarkan informasi palsu tersebut.
Jauh sebelum istilah hoax ngehits, Allah sudah memperingatkan tentang berita palsu ini dalam surat Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenaranya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan yang akhirnya kamu menyesali perbuatannya itu” dari ayat tersebut jelas menyatakan bahwa setiap menerima pemberitaan kita tidak bisa menelannya mentah-mentah. Dikonfirmasi dulu kebenarannya sebelum disebarkan kembali, agar tidak berdampak fatal pada diri sendiri maupun orang lain.
Dalam peristiwa yang dalam sejarah islam dikenal dengan peristiwa Haditsul Ifki, istri Rasulullah saw, Aisyah radhiyallahu anhuma, pernah mendapat pemberitaan hoax. Ketika itu saat dalam perjalanan kembali ke Madinah, Aisyah Ra keluar dari tandunya untuk sebuah keperluan. Setelah kembali ia menyadari ada kalungnya yang terjatuh, lalu ia keluar lagi untuk mencari kalung tersebut. Lalu saat Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk berangkat para pembawa tandu tidak menyadari ketiadaan Aisyah Ra dalam tandu yang mereka angkat.
Usai melakukan pencarian kalung Aisyah Ra kembali ke tempat para pasukan beristirahat. Ia kaget Rasulullah saw dan rombongan lainnya tidak ada di tempat semula. Ia pun berdiam dengan harapan rombongan menyadari ketiadaannya dan kembali untuk menjemput. Yang ditunggu tidak kunjung tiba hingga akhirnya sahabat Shafwân bin al-Mu’atthal as-Sulami lewat di tempat itu. Lalu ia mengajak Aisyah Radhiyallahu anhuma naik unta sementara ia menuntunnya.
Kisah inipun sampai ke telinga kaum munafik saat itu yang seketika menyebarkan berita palsu seakan-akan istri Rasulullah saw berselingkuh. Cerita tersebut menyebar dengan cepat membuat beberapa sahabat terpengaruh dan ikut menyebarkan berita ini. Cerita ini membuat Rasulullah saw sedih begitu juga Aisyah Radhiyallahu anhuma. Sebulan berlalu Allah swt menurunkan sepuluh ayat Alquran, An-Nur (11-20) tentang kisah dusta tersebut .
Kisah ini menjadi pelajaran bagaimana kita menghadapi satu berita yang masih belum bisa dipastikan kebenarannya. Bagaimana caranya agar terhindar dari informasi hoax dan menjadi penyebarnya, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan:
1. Pastikan sumber beritanya. Pastikan sumber berita dari media yang terpercaya. Media terpercaya biasanya menulis sumber dari mana mereka mendapat beritanya. Waspadai jika berita dari situs blogging.
2. Kritis akan berita. Jika mendapat kiriman berita dengan judul bombastis hidupkan sikap kritis saat membacanya. Jangan langsung dibagikan. Jika memang tidak yakin dengan kebenaran berita segera hapus berita tersebut.
3. Cek berita lainnya. Jangan terpaku berita dari satu situs saja. Cek situs berita lainnya, untuk menambah keyakinan.
4. Pastikan isi berita sesuai dengan judulnya. Banyak orang terkecoh dengan judul berita. Terlebih bila judulnya bombastis, padahal bisa jadi isinya berbeda jauh dengan judulnya. Maka sebelum termakan berita palsu cermati isi berita apakah sudah sesuai dengan judulnya. Kini banyak situs yang mengandalkan judul bombastis agar orang mengkliknya dengan tujuan mendapat rupiah dari setiap kunjungan yang masuk.
5. Jangan tertipu foto dan video. Biasanya tiap berita menyertakan foto atau video sebagai pelengkap. Nah, kadang banyak foto yang tidak menggambarkan kejadian sebenarnya. Ada cara mudah untuk mengetahui apakah foto tersebut benar atau tidak. Misal dengan cara upload foto yang mencurigakan pada kolom pencarian di google. Atau jika video dengan cara capture sebagian scena dan taruh dalam kolom pencarian. Maka Google akan menemukan sumber awal foto atau video tersebut.
Semoga dengan beberapa langkah tersebut membuat kita lebih peka akan informasi yang kita cerna dan sebarkan kembali.
Ditulis oleh: ustaz Halimi, Litbang Tahfizh RTC