Menghijaukan Pesantren Bersama LPBI NU

0
37

Jumat, 21 Februari 2020 bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN), digelar workshop Pesantren Hijau dengan tema “Membangun Budaya Ramah Lingkungan di Pesantren” bersama Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) yang berlangsung selama dua hari kedepan.

Bertempat di gedung Al-Fath, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang, workshop ini dihadiri oleh para santri pengurus Organisasi Santri Daarul Qur’an (OSDAQU) bagian kebersihan.

Workhop Pesantren Hijau ini dilaksanakan guna mengajak warga pesantren untuk menghijaukan area pesantren. “Materi workshop ini selaras dengan ajakan KH. Yusuf Mansur dalam kegiatan menghijaukan pesantren.”, Ujar Ustadz Anwar Sani, S.Sos, M.E, yang turut menghadiri workshop ini.

Dilanjutkan dengan penyampaian indikator pembentukan Pesantren Hijau oleh Hijroatul Maghfirah, sebagai pemateri pertama pada hari ini. Hijroatul menyampaikan bahwa ada empat indikator program Pesantren Hijau, yaitu; wakaf ruang terbuka hijau, melaksanakan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle), melaksanakan gerakan pengelolaan air dan penghematan air (wastewater management), dan membuat resapan air (biopori).

“Meski kita hidup dengan gaya hidup sehat seperti orang zaman dahulu, belum tentu kita bisa hidup sesehat orang yang ada pada zaman dahulu. Kenapa ? Karena kondisi bumi kita sudah berubah, sudah tidak lagi seperti zaman dahulu.”, ujarnya.

Pada kesempatan ini, Hijroatul meminta para santri untuk menceritakan perubahan lingkungan di sekitarnya. Tanpa disadari, ternyata banyak perubahan keadaan lingkungan di sekitar kita, namun perubahannya ke arah lebih buruk daripada sebelumnya. Lingkungan yang sebelumnya banyak ditanami pepohonan, saat ini malah tidak ditanami pepohonan lagi. Kenapa demikian ? Hal ini dikarenakan malasnya para manusia merawat dan menjaga tanaman.

Hijroatul juga mengajak para santri yang hadir untuk menyaksikan video animasi terkait Global Warming. Usai menyaksikan video tersebut, Hijroatul mempersilahkan para santri yang telah dibagi menjadi tiga kelompok untuk masing-masing mempresentasikan materi yang telah dipahami oleh para santri.

“Indonesia saat ini menduduki peringkat kedua sebagai negara pengguna plastik terbanyak di dunia, setelah Tiongkok.”, ujar Yayah Ruchyati, sekretaris LPBI NU yang juga turut hadir pada workshop ini.

Yayah mengatakan betapa pentingnya kita hidup sehat, betapa layaknya hidung kita menghirup udara segar setiap kali bernafas. “Salah satu alat transportasi yang menghasilkan polusi udara paling rendah diantara semua alat transportasi adalah kereta api.”, ujarnya.

LPBI NU mengajak para santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an untuk dapat menghijaukan lingkungan pesantren dan mengubah gaya hidup tidak sehat yang telah kita jalani selama ini, mengingat dampak negatifnya kelak akan terasa, walau dampaknya tidak terasa saat ini.

Tidak hanya mengajak para santri untuk melaksanakan penghijauan pesantren, LPBI NU juga mengajak para santri untuk dapat berkreatifitas penuh dalam menangani sampah daur ulang. Seperti pengelolaan sampah menjadi sebuah pajangan lemari, mainan berupa robot, dan sebagainya.